News & Research

Reader

Barito Renewables (BREN) Cetak Laba Rp467 Miliar di Kuartal I-2024, Turun Tipis
Friday, May 03, 2024       11:04 WIB

IDXC hannel - PT Barito Renewables Energy Tbk () membukukan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD28,84 juta pada kuartal I-2024. Realisasi ini turun tipis sebesar 1,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD29,24 juta.
Dari laporan keuangan perseroan, penurunan laba bersih tersebut karena pendapatan sepanjang tiga bulan ini juga susut menjadi USD145,41 juta dibanding kuartal I-2023 sebesar USD147,08 juta.
Jika dihitung dengan asumsi kurs tengah Bank Indonesia (BI) Rp16.202 per USD, maka nilai laba bersih perseroan kuartal I ini sekira Rp467,22 miliar. Sedangkan pendapatannya sekira Rp2,35 triliun.
Sementara beban-beban perseroan tercatat tidak terlalu mengalami peningkatan signifikan. Bahkan ada yang menurun.
Pada kuartal I-2024, beban depresiasi dan amortisasi naik menjadi USD18,45 juta; beban kompensasi dan tunjangan karyawan naik menjadi USD10,27 juta; beban konsultan dan teknisi turun menjadi USD2,91 juta.
Selain itu, tunjangan produksi kepada PT Pertamina Geothermal Energyy Tbk () susut menjadi USD4,42 juta; beban keuangan turun menjadi USD32,46 juta; rugi kurs naik menjadi USD1,29 juta; dan beban lain-lain meningkat cukup signifikan menjadi USD6,9 juta.
Sementara ada pendapatan bunga yang naik menjadi USD3,99 juta, dan beban pajak penghasilan turun menjadi USD35,55 juta. Sehingga laba bersih perseroan setelah pajak tercatat USD37,15 juta atau turun dari kuartal I-2023 sebesar USD39,66 juta.
Total liabilitas perseroan naik di akhir Maret 2024 menjadi USD2,96 miliar dari posisi akhir tahun lalu sebesar USD2,86 miliar. Jumlah ekuitas meningkat jadi USD691,83 juta dibanding posisi 31 Desember lalu sebesar USD650,34 juta.
Dari sisi neraca, per 31 Maret 2024, diakui CEO Barito Renewables, Hendra Soetjipto Tan, rasio utang bersih terhadap ekuitas turun menjadi sebesar 2,07x dibandingkan dengan 2,3x pada akhir 2023.
"Hal ini mencerminkan kemampuan finansial kami untuk mendukung rencana pertumbuhan perusahaan di tahun-tahun mendatang," ujar dia dalam keterangan resminya, Jakarta, Jumat (3/5).
Sedangkan total asset pada 31 Maret ini tercatat sebesar USD3,65 miliar atau naik tipis dibanding posisi per akhir 2023 yang sebesar USD3,51 miliar.
Hendra menambahkan, perseroan kembali mencapai milestones penting di kuartal I-2024 dengan selesainya akusisi pembangkit listrik tenaga angin, yaitu PLTB Sidrap 1 dengan kapasitas 75 MW dan 3 asset pengembangan tenaga angin dengan potensi kapasitas gabungan sebesar 320 MW yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan (Sidrap 2), Sukabumi dan Lombok.
PLTB Sidrap 1 merupakan pembangkit listrik tenaga angin pionir di Indonesia dan menduduki peringkat salah satu yang terbesar di Tanah Air.
"Perseroan juga telah mengakuisisi PT Operation and Maintenance Indonesia (OMI) yang memegang peranan penting dalam mendukung kegiatan operasional Sidrap," terang Hendra.
Ke depan, Hendra menyebut, perseroan berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja keuangan, menambah kapasitas pembangkit listrik yang dikelola perseroan dan pemenuhan komitmen kepada pemegang saham dengan melalui berbagai strategi.
Pertama, menjaga keunggulan operasional dari seluruh pembangkit panas bumi yang dimiliki perusahaan sebagai energi baseload yang dapat diandalkan. Hal ini tercermin dalam realisasi faktor kapasitas yang tetap berada diatas 90%.
"Kedua, menjaga efisiensi dan optimisasi dalam biaya operasional termasuk menurunkan beban pembiayaan bank, yang ditargetkan dapat direalisasikan pada semester II-2024," paparnya.
Strategi ketiga, meningkatkan kapasitas pembangkit energi bersih melalui pengembangan aset panas bumi di area operasi Salak, Darajat dan Wayang Windu dengan program retrofit maupun penambahan unit baru yang berpotensi meningkatkan kapasitas sebesar 116MW yang diharapkan akan mulai beroperasi mulai 2025 sampai dengan 2027.
"Keempat, pengembangan wilayah Sidrap 2 dengan kapasitas sebesar 69MW, yang tendernya direncanakan akan terjadi di semester II-2024, serta konsisten mendistribusikan dividen terlepas kondisi ekonomi global yang penuh tantangan," tutup Hendra.
Diketahui, saham disuspensi BEI per hari ini, Jumat (3/5). Saham Prajogo Pangestu itu digembok di Pasar Reguler dan Pasar Tunai.
Bursa dalam pengumumannya di keterbukaan informasi mengatakan, saham disuspensi karena terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan.

Sumber : idxchannel.com

powered by: IPOTNEWS.COM