News & Research

Reader

Bijak Memilih Reksadana Saham
Saturday, January 07, 2017       11:45 WIB

Oleh : Ratih Nurmalasari
Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) yang telah naik sebesar 17,07% per tanggal 7 Oktober 2016 dari posisinya di akhir tahun 2015 memang membuat para investor pemegang instrumen investasi berbasis saham cukup sumringah. Betapa tidak, kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan apa yang mereka alami selama tahun 2015 lalu. Salah satu investor berbasis saham yang memiliki rapor hijau adalah investor reksadana saham. Bak gayung bersambut, kondisi ini ternyata tidak hanya menguntungkan para investor semata, tetapi juga menjadi kesempatan bagi para manajer investasi melalui tenaga penjualnya untuk menarik minat investor atau pun calon investor untuk membenamkan dananya di reksadana saham. Mungkin Anda termasuk salah satu investor yang juga pernah ditelepon untuk membeli reksadana saham di tengah kondisi indeks yang sedang tinggi seperti sekarang ini. Lalu, bagaimana sebaiknya kita menyikapinya?
Jangan Langsung Berkata "Ya"
Tawaran dari agen penjual memang menggiurkan, apalagi jika ditambah dengan fakta yang mendukung. Namun, eits... Tunggu dulu! Reksadana saham dan IHSG adalah dua makhluk yang berbeda. Mudahnya, jika IHSG sudah naik sebesar 17,07% year to date, maka belum tentu reksadana saham juga memiliki kinerja yang sama, bisa jadi lebih kecil, lebih besar atau mungkin hampir setara. Hal ini karena aset dasar atau isi dari reksadana saham hanyalah beberapa saham yang masuk dalam IHSG . Sebagai contoh, jika seluruh saham yang masuk IHSG berjumlah 500, maka reksadana saham mungkin hanya mengambil 20 saham saja dari jumlah 500 tersebut. Inilah yang akan menimbulkan perbedaan kinerja, kecuali reksadana saham yang memang menerapkan strategi investasi dengan bobot yang sama seperti IHSG .
Pelajari Produknya
Ibarat memilih pasangan, investasi di reksadana saham juga harus mempertimbangkan bibit, bebet dan bobot. Lebih baik tunda dulu untuk langsung menerima tawaran dari agen penjual dan pelajari seluk beluk produknya. Informasi yang harus Anda pahami adalah siapa manajer investasinya, strategi investasi yang diterapkan, isi dari reksadana saham saat ini (portofolio aset dasar), jumlah dana kelolaan dan konsistensi kinerja. Informasi ini bisa ditemukan di prospektus dan fund fact sheet dari reksadana saham yang ingin Anda pelajari.
Perhatikan Historis Kinerja Saat Kondisi Pasar Ambruk
Investasi di reksadana saham merupakan investasi jangka panjang. Oleh sebab itu, sebaiknya pilihlah reksadana saham yang memang sudah teruji di kala pasar sedang bagus dan sedang ambruk. Jika ada reksadana saham A dan B memiliki strategi investasi yang sama membukukan imbal hasil 20%, namun di suatu periode pasar sedang ambruk, reksadana A hanya turun sebesar 2%, sementara reksadana B turun sebesar 5% dan IHSG turun sebesar 3%, lebih baik pikirkan kembali jika ingin memilih reksadana B.
Melihat kinerja suatu reksadana saham yang naik begitu kencang melebihi IHSG di kala sentimen pasar sedang positif memang bisa sangat menggiurkan, namun hal ini bisa membuat keputusan investasi kita menjadi bias dan tidak logis sehingga akhirnya malah merugikan diri kita sendiri. Ingat bahwa tawaran yang datang banyak terjadi ketika tren pasar sedang naik. Jika kita tidak yakin fundamental ke depan akan lebih baik, maka bisa jadi kita tidak akan mendapatkan momen kenaikan itu kembali.
Kembalikan ke Rencana Keuangan dan Profil Risiko
Tawaran yang datang kepada kita bisa jadi merupakan suatu peluang emas jika tawaran tersebut memang sesuai dengan kebutuhan dalam rencana keuangan kita. Namun, jika tidak? Wah, bisa jadi rencana keuangan kita malah berantakan! Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk mempunyai rencana keuangan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk keuangan, termasuk reksadana saham.
Yang tidak boleh dilupakan juga adalah profil risiko. Kita harus mengenal seberapa jauh tingkat toleransi kita akan suatu risiko. Jika memang kita masih tergolong investor pemula, jangan paksakan diri untuk memilih reksadana saham yang fokus investasinya di saham-saham kapitalisasi sedang hingga kecil, meskipun untuk tujuan keuangan yang cukup panjang. Mulailah dengan memilih reksadana saham dengan konsentrasi di saham-saham blue chip atau saham berkapitalisasi besar terlebih dahulu. Seiring dengan bertambahnya pemahaman kita terhadap dunia keuangan dan investasi serta kondisi perekonomian, kita bisa mulai melakukan diversifikasi atau menyebar aset investasi kita ke instrumen yang lebih berisiko.
Mengetahui informasi mengenai potensi keuntungan dari investasi reksadana saham di kala tren pasar sedang bagus bisa menjadi tambahan pengetahuan yang berharga untuk diterapkan dalam keuangan pribadi kita. Namun, ibarat koin bermata dua, selalu ada risiko dalam setiap potensi keuntungan yang akan didapat. Bijaklah untuk membuat setiap keputusan keuangan! Live life to the fullest!
http://zapfinance.co.id/2016/10/11/bijak-memilih-reksadana-saham/
Sumber : ZAPFINANCE.CO.ID

powered by: IPOTNEWS.COM