News & Research

Reader

Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed Maret 2024 Melemah, Rupiah Terjun Awal Pekan
Monday, December 11, 2023       15:43 WIB

Ipotnews - Ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat Federal pada Maret 2024 semakin kecil, membuat dolar terdorong menguat dan kurs rupiah terjun jatuh di awal pekan ini.
Mengutip data Bloomberg, Senin (11/12) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp15.622 per dolar AS, posisi tersebut melemah 105 poin atau 0,68% dibandingkan Jumat (8/12) di level Rp15.517 per dolar AS.
Direktur PT, Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan indeks dolar AS menguat hari ini. "Data nonfarm payrolls yang lebih kuat dari perkiraan membuat pelaku pasar mengurangi spekulasi bahwa The Fed dapat menurunkan suku bunga pada awal tahun 2024.
"Kini peluang Fed Fund Rates pada Maret 2024 hanya 43% menurun dari bulan Maret, turun dari ekspektasi sebelumnya yang lebih dari 60%," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis sore ini.
Bank sentral diprediksi mempertahankan suku bunga acuan pada akhir pertemuan pada hari Rabu. Namun prospeknya terhadap suku bunga, terutama mengingat kekuatan pasar tenaga kerja saat ini, akan menjadi fokus. Namun, data tenaga kerja yang kuat menandakan adanya ketahanan dalam perekonomian AS, dan menandai potensi terjadinya soft landing.
"Selain suku bunga the Fed, data inflasi AS juga akan keluar pada minggu ini," tambah Ibrahim.
Selain The Fed, keputusan suku bunga dari Bank Sentral Inggris (BoE), Bank Sentral Eropa (ECB), dan Bank Nasional Swiss (Swiss National Bank) akan diumumkan pada minggu ini. Ketiga bank sentral tersebut kemungkinan akan memberikan sinyal suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Di Asia, rilis data pada akhir pekan menunjukkan inflasi indeks harga konsumen Tiongkok mengalami kontraksi untuk bulan kedua berturut-turut di bulan November. Sementara kontraksi inflasi indeks harga produsen semakin dalam selama empat belas bulan berturut-turut.
"Data tersebut menunjukkan bahwa Tiongkok yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia kemungkinan akan mengalami pelemahan ekonomi yang berkelanjutan dalam beberapa bulan mendatang," pungkas Ibrahim.(Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM