Ipotnews - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) diprediksi menguat terbatas pekan ini, terkatrol meningkatnya peluang pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve pada pertemuan 18 Desember.
Praktisi pasar modal dan dosen Magister Ekonomi Universitas Atma Jaya dan Universitas Trisakti, Hans Kwee, mengatakan pasar tenaga kerja Amerika Serikat terlihat menunjukkan data yang variatif. "Tetapi secara umum bergerak melemah," kata Hans dalam keterangan tertulis, Minggu (8/12).
Setelah data tenaga kerja muncul, peluang the Fed melakukan pemotongan bunga meningkat pada pertengahan bulan ini. "Tetapi pelaku pasar menantikan data CPI Amerika, yang akan mengkonfirmasi keputusan the Fed," ujar Hans.
Drama politik di Prancis mereda, tetapi tidak benar-benar selesai. Pelaku pasar menantikan Presiden Emmanuel Macron yang berada dalam situasi sulit, untuk menemukan kandidat yang diterima dari sisi kiri dan kanan lingkungan politik.
Pasar saham Asia dalam tekanan sejak Donald Trump terpilih sebagai presiden. Terlihat ada aliran dana asing keluar dari pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia. Harga minyak dalam range perdagangan sempit menyusul prospek permintaan yang lemah tahun depan.
"Di tengah volatilitas pasar ekuitas, bursa saham Indonesia dianggap masih menarik karena fundamental ekonomi domestik relatif masih baik," ujar Hans.
Pekan ini pelaku pasar menantikan data inflasi AS dan kebijakan suku bunga Bank Sentral Eropa. Inflasi Amerika berpeluang bergerak mendatar hampir sama dengan periode sebelumnya, sedangkan ECB diprediksi kembali memotong suku bunga.
" IHSG berpeluang konsolidasi menguat dengan support di level 7.283-7.187, dan resistance di rentang 7.400-7.529," kata Hans.
Mengutip data aplikasi IPOT , Jumat (6/12), dalam seminggu terakhir, IHSG melambung 2,5% atau 182 poin menjadi 7.382, dari sepekan sebelumnya di posisi 7.200. (Adhitya/ef)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM
