News & Research

Reader

Kurs Rupiah Menguat Usai The Fed Tegaskan Setop Kenaikan Suku Bunga
Friday, May 03, 2024       12:58 WIB

Ipotnews - Penegasan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve untuk menyetop kenaikan suku bunga acuan hingga akhir tahun ini, membuat kurs rupiah menguat terhadap dolar AS dalam perdagangan siang ini.
Mengutip data Bloomberg pada Jumat (3/5) pukul 11.40 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan di level Rp16.101 per dolar AS, menguat 84 poin atau 0,52% dibandingkan Kamis sore (2/5) di level Rp16.185 per dolar AS.
Ekonom Senior PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto mengatakan rupiah memang sedang mengalami apresiasi cukup signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh kecenderungan pelemahan indeks dolar AS dalam dua hari terakhir," kata Rully dalam keterangan tertulis, hari ini.
Pelaku pasar merespon positif pernyataan the Fed pada rapat FOMC dinihari kemarin yang dianggap cukup dovish. "The Fed memberi sinyal tidak akan menaikkan suku bunga acuan untuk merespon kenaikan inflasi AS yang terjadi pada bulan Maret seperti yang dikhawatirkan pelaku pasar," pungkas Rully.
The Fed telah mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25% - 5,50% dalam usai FOMC Kamis dinihari (2/5), karena inflasi masih jauh dari target 2% tadi malam. Suku bunga di kisaran 5,25% - 5,50% ini berlaku sejak Juli 2023. Pilihan menahan suku bunga ini diambil lantaran inflasi masih sulit dikendalikan agar turun menuju target.
"Sejauh ini tahun ini, data belum memberi kami kepercayaan diri yang lebih besar khususnya" bahwa penurunan suku bunga sudah tepat, kata Ketua the Fed, Jerome Powell pada konferensi pers setelah pertemuan FOMC dikutip dari Bloomberg, kamis dini hari kemarin.
"Angka-angka inflasi telah berada di atas ekspektasi. Kemungkinan untuk mendapatkan kepercayaan diri yang lebih besar akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya," tambah Powell.
Powell juga menegaskan tidak mungkin langkah selanjutnya dari The Fed adalah menaikkan suku bunga acuan. Ia membantah bahwa kebijakan moneter saat ini tidak cukup ketat untuk mengembalikan inflasi AS ke arah target 2% dari bank sentral. "Kami tidak melihat bukti-bukti yang mendukung kesimpulan itu," jelas Powell.
Pernyataan tersebut menenangkan para investor yang khawatir bahwa the Fed akan bereaksi lebih agresif karena tanda-tanda kemajuan inflasi AS telah terhenti.
Dari sisi kebijakan, BI juga diprediksi mempertahankan suku bunga acuan tetap pada 6,25%, karena inflasi dalam negeri akan tetap terkendali. Dengan demikian, kemungkina tidak ada penurunan suku bunga dari BI sepanjang tahun ini untuk menjamin stabilitas rupiah.
"BI baru mempunyai ruang untuk melakukan pemotongan setelah The Fed memulai siklus penurunan suku bunganya, yang kami perkirakan akan terjadi pada Desember 2024, dengan penurunan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%," pungkas Rully.
(Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM