News & Research

Reader

Mengapa Teknik Pengelolaan Dana Secara Pasif Bisa Berhasil?
Friday, December 18, 2020       19:02 WIB

Di seluruh dunia sedang terjadi pergeseran teknik pengelolaan dana, dari pengelolaan dana secara aktif ke pengelolaan dana secara pasif mengikuti suatu indeks acuan. Mengelola dana secara aktif artinya memberi keleluasaan kepada Manajer Investasi untuk menentukan saham-saham (atau obligasi-obligasi) yang akan dibeli dan dijual, berapa banyak yang dibeli dan dijual, serta harga harga pembelian dan penjualan saham-saham (atau obligasi-obligasi) tersebut. Tujuannya adalah supaya portofolio yang dikelola memberikan hasil yang setinggi-tingginya.
Di sisi lain, teknik pengelolaan dana secara pasif artinya Manajer Investasi tidak memiliki kewenangan apapun untuk menentukan saham-saham (atau obligasi-obligasi) yang ada dalam portofolio. Portofolio hanya dikelola berdasarkan indeks yang menjadi acuannya. Tujuan pengelolaan dana adalah memberikan imbal hasil ( return ) portofolio yang setara dengan imbal hasil ( return ) pasar. Manajer Investasi tidak mengelola portofolio dengan tujuan untuk mengungguli ( outperform ) kinerja pasar, tetapi mengelola portofolio untuk memperoleh imbal hasil setara dengan imbal hasil pasar.
Karena ada dua macam teknik pengelolaan dana yang berbeda, wajar jika pemodal bertanya-tanya teknik mana yang paling berhasil dalam pengelolaan dana? Berdasarkan data dari negara-negara lain, terutama Amerika Serikat dan Ingris yang industri pengelolaan dananya jauh lebih maju dari Indonesia, kita tahu bahwa dalam dua atau tiga dasa warsa ini telah terjadi pergeseran teknik pengelolaan dana. Dari teknik pengelolaan dana secara aktif ( actively managed mutual funds ) ke teknik pengelolaan dana secara pasif (Exchange Traded Funds  and passively managed mutual funds ).
Dalam artikel ini kita akan melihat tiga hal yang menjelaskan mengapa teknik pengelolaan dana secara pasif secara konsisten akan memberikan imbal hasil ( return ) yang lebih baik dari teknik pengelolaan dana secara aktif.
Biaya-biaya pengelolaan dana
Faktor pertama yang menjelaskan mengapa teknik pengelolaan dana secara pasif memberikan hasil yang lebih baik dari teknik pengelolaan dana secara aktif adalah faktor biaya-biaya investasi. Untuk mudahnya, kita akan membandingkan biaya investasi reksadana (aktif) dengan biaya reksadana Bursa yang pasif (Exchange Traded Fund).
Semua biaya-biaya reksadana dapat digolongkan sebagai biaya Manajer Investasi dan biaya Bank Kustodian. Semua biaya-biaya riset pengelolaan dana, dan biaya-biaya transaksi dalam pengelolaan dana telah tergabung menjadi biaya Manajer Investasi. Kemudian ada biaya-biaya administrasi dana yang digabungkan sebagai biaya Bank Kustodian.
Kita ambil saja contoh reksadana ekuitas. Biaya Manajer Investasi reksadana ekuitas tipikal adalah 2%, dan biaya bank custodian tipikal adalah 0,25%. Kemudian ambil contoh reksadana bursa (ETF) pertama, yaitu R-LQ45, di mana biaya pengelolaan dana ETF (pasif) adalah biaya Manajer Investasi 0,25% dan bank kustodian 0,10%. Biaya-biaya pengelolaan ETF pasif di Indonesia masih tergolong tinggi untuk ukuran internasional karena ukuran reksadana ETF yang relatif kecil. Jika ETF makin berkembang, maka biaya-biaya pengelolaan dananya juga seharusnya akan turun.
Dari perbandingan sederhana antara biaya-biaya reksadana aktif dengan ETF pasif ini terlihat bahwa selisih biaya Manajer Investasi adalah 1,75% dan selisih biaya Bank Kustodian adalah 0,15%. Jadi, jika diibaratkan dua atlet lomba lari 100m, jika atlet ETF start pada titik nol, maka atlet reksadana aktif start pada titik -1,90 meter di belakangnya.
Apakah reksadana aktif dapat mengalahkan ETF, mengingat adanya biaya-biaya yang membuatnya start di belakang ETF? Kemungkinan untuk itu memang ada, dan itulah hal yang selalu didengungkan oleh penjual reksadana aktif, yaitu janji kemungkinan menang lomba dengan imbalan biaya yang sudah pasti. Pemodal reksadana aktif sebenarnya telah menukarkan  kemungkinan  bahwa reksadana miliknya akan memberikan imbal hasil ( return ) yang lebih tinggi dari indeks acuan, dengan hal yang  sudah pasti  bahwa biaya-biaya yang ditanggung reksadana aktif ini lebih tinggi daripada ETF.
Pengelolaan dana adalah ' zero sum game' 
Faktor kedua yang menerangkan mengapa teknik pengelolaan dana secara pasif memberikan hasil yang secara konsisten lebih baik daripada teknik pengelolaan dana secara aktif adalah:  Mengelola dana berarti masuk ke dalam suatu permainan di mana untuk setiap keuntungan yang diperoleh seorang pemodal, maka pasti ada pemodal atau pemodal-pemodal lain yang mengalami kerugian yang secara agregat sama besar . Yang kami maksudkan sebagai pemodal di sini, adalah semua pemain di pasar, baik pemain perorangan maupun pemain institusi.
Pada awal mula berdirinya perusahaan-perusahaan manajemen investasi, pasar modal (saham) didominasi oleh pemain perorangan. Perusahaan manajemen investasi masih sangat jarang. Tetapi perusahaan-perusahaan ini membawa teknik dan metode pengelolaan dana yang tertata baik (ter-diversifikasi) dan dapat dipertanggung-jawabkan secara teoritis. Misalnya, pembelian atau penjualan saham-saham hanya dilakukan setelah melalui tahapan riset dan analisis yang memadai, baik analisa fundamental maupun analisa teknikal.
Sebaliknya, pemodal perorangan waktu itu jarang yang ter-diversifikasi dan lebih banyak mengandalkan faktor keberuntungan ( luck ) dalam memilih saham-saham. Dapat dikatakan bahwa, pada awal mula berdirinya industri pengelolaan dana untuk investasi,  pemodal institusi (yang jumlahnya sedikit) mendapat keuntungan dari adanya sejumlah besar pemodal perorangan . Dapat dikatakan bahwa mencari  alpha , yaitu imbal hasil di atas imbal hasil indeks pasar sangat mudah.
Kondisi pengelolaan dana investasi mulai berubah ketika jumlah pemodal institusi menjadi semakin banyak, dan sebaliknya jumlah pemodal perorangan menjadi lebih sedikit. Para pemain di pasar harus bersaing ketat untuk memperoleh imbal hasil di atas imbal hasil indeks pasar, karena pemodal institusi sekarang harus bersaing dengan pemodal institusi lainnya, yang juga memiliki sumber daya yang besar dalam melakukan riset dan analisis atas situasi ekonomi dan industri.
Jadi, memiliki manajer investasi atau analis pasar modal yang pintar saja tidak lagi cukup,  manajer investasi dan analis yang dimiliki perusahaan manajemen investasi tersebut haruslah berprestasi luar biasa  untuk dapat mengalahkan kompetisi yang semakin ketat.
Efisiensi pasar
Salah satu istilah penting yang wajib diketahui oleh semua manajer investasi adalah hipotesa tentang efisiensi pasar ( efficient market hypothesis ). Pada dasarnya, hipotesa tentang efisiensi pasar ini mengatakan bahwa pada pasar (modal) yang efisien, maka harga saham telah merefleksikan semua informasi yang ada. Suatu pasar (modal) dapat menjadi efisien karena ada banyak pemodal dan analis riset (serta tak ketinggalan regulator untuk memastikan  fair game  terjadi) yang mengikuti saham-saham di dalam pasar itu.
Di dalam ilmu investasi, pasar yang efisien berarti bahwa nilai ( value ) dan harga ( price ) adalah hal yang sama. Artinya, harga suatu saham adalah nilai yang dapat diberikan oleh saham itu berdasarkan semua informasi yang ada tentang saham tersebut pada saat itu. Implikasi  efficient market hypothesis  adalah bahwa analis saham tidak dapat mencari saham yang  undervalue , karena semua saham telah mencerminkan harga wajarnya untuk semua informasi yang ada pada saat itu.
Dengan demikian, manajer investasi yang mengelola portofolionya secara aktif tidak bisa memberikan hasil yang lebih baik dilihat dari sudut pandang resiko (kecuali Manajer Investasi mengambil resiko yang lebih besar, misalnya dengan mengabaikan diversifikasi).
Pada pasar modal yang semakin berkembang dan modern, dengan regulasi yang memadai atas semua informasi tentang emiten, maka efisiensi pasar tersebut semakin baik. Dengan efisiensi pasar yang baik, maka harga saham akan otomatis mencerminkan semua informasi yang ada dan relevan tentang saham terbut.
Pada pasar modal yang efisien ini, peran analis saham dan manajer investasi untuk menghasilkan imbal hasil berbasis resiko ( risk adjusted return ), pada dasarnya tidak ada lagi. Jadi, pada pasar modal yang efisien, pemodal dapat memilih teknik mengelola dana secara pasif.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS

powered by: IPOTNEWS.COM