JAKARTA, investor.id -Harga emas diperkirakan bergerak volatil pada minggu ini, namun pakar menilai setiap koreksi masih menjadi peluang beli (buy on dip). Optimisme tersebut ditopang ekspektasi bahwa inflasi yang cenderung jinak serta perlambatan aktivitas ekonomi akan mendorong The Fed memangkas suku bunga secara agresif pada tahun depan.
Harga emas ditutup menguat sebesar 0,45% di level US$ 4.302,43 per ons troi pada perdagangan Jumat (12/12/2025).
Harga emas mencatatkan penutupan mingguan tertinggi sepanjang sejarah, karena telah menguat sekitar 2,51% sepanjang pekan lalu. Sedangkan sepanjang 2025, harga emas telah naik sebesar 63,83%.
Senior Market Analyst FXTM Lukman Otunuga mengatakan, momentum emas masih sangat bullish dan membuka peluang menuju level yang lebih tinggi.
"Pergerakan yang solid di atas level ini dapat membuka jalan menuju US$ 4.400 atau lebih. Namun jika harga melemah di bawah US$ 4.300, potensi koreksi ke area US$ 4.240 hingga US$ 4.200 bisa terjadi," ujar Lukman dikutip dari Kitco.com.
Lukman menambahkan, dengan pasar yang sudah memperhitungkan setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga AS tahun depan, sentimen positif emas memiliki fondasi yang kuat. Pelemahan dolar AS secara luas serta pembelian emas oleh bank sentral global juga dinilai dapat menopang kenaikan harga hingga memasuki 2026.
Meski demikian, analis mengingatkan bahwa awal musim liburan berpotensi meningkatkan volatilitas. Volume transaksi yang menipis pada pekan perdagangan penuh terakhir di 2025 dapat memicu pergerakan harga yang tajam dan sinyal teknikal yang menyesatkan.
Chief Market Analyst FP Markets Aaron Hill memprediksi, harga emas akan bergerak dalam rentang lebar US$ 4.250-4.380 per ons troi.
"Likuiditas yang tipis membuat pergerakan harga menjadi tidak mulus. Dalam satu malam yang tenang, harga bisa bergeser hingga US$ 60," ujarnya.
Prediksi Harga Emas
Namun, Hill menyebut, bias harga emas tersebut masih naik dan menilai level US$ 4.255 sebagai batas krusial. "Jika level ini jebol, harga bisa cepat turun ke US$ 4.200. Selama bertahan, setiap penurunan saya anggap sebagai peluang beli," tambahnya.
Dari sisi data ekonomi, volatilitas emas juga berpotensi meningkat seiring rilis sejumlah indikator penting dari Amerika Serikat minggu ini. Departemen Tenaga Kerja AS dijadwalkan merilis data ketenagakerjaan Oktober dan November, serta data inflasi November.
Berdasarkan konsensus, ekonom memperkirakan penambahan tenaga kerja hanya sekitar 50.000 orang, mencerminkan perlambatan lanjutan di pasar tenaga kerja. Sementara itu, Indeks Harga Konsumen (CPI) diproyeksikan naik di atas 3%.
Analis komoditas menilai kombinasi perlambatan ekonomi dan tekanan inflasi tersebut tetap mendukung harga emas, karena meningkatkan peluang The Fed mulai memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Dari kawasan Eropa, Bank of England (BoE) dan Bank Sentral Eropa (ECB) juga akan menggelar rapat kebijakan moneter terakhir tahun ini. BoE diperkirakan kembali melonggarkan kebijakan suku bunga, sementara ECB diproyeksikan mempertahankan suku bunga acuannya.
Dengan kebijakan ECB yang berpotensi menopang euro hingga akhir tahun, analis mencermati peluang pelemahan lanjutan dolar AS sebagai dorongan terakhir bagi harga emas menjelang penutupan perdagangan 2025.
Pekan ini ada beberapa data ekonomi yang akan dirilis dan dinantikan pasar, yaitu Survei Manufaktur Empire State AS pada Senin (15/12/2025), Nonfarm Payrolls AS, Penjualan Ritel AS dan Flash PMI pada Selasa (16/12/2025).
Ada pula rapat kebijakan Bank of England dan ECB, Klaim Pengangguran Mingguan AS, CPI AS, Survei Manufaktur Philly Fed yang dirilis pada Kamis (18/12/2025), dan penjualan rumah bekas AS pada Jumat (19/12/2025).
Sumber : investor.id
powered by: IPOTNEWS.COM