Asia Bergerak Variatif Membuka Sesi Perdagangan yang Penuh Dinamika Pekan Ini
Monday, August 18, 2025       08:32 WIB

Ipotnews - Bursa saham Asia pagi ini , Senin (18/8), dibuka variatif, setelah pertemuan tingkat tinggi AS-Rusia berakhir tanpa adanya gencatan senjata di Ukraina. Presiden AS Donald Trump kini tampak lebih sejalan dengan Moskow dalam mendorong tercapainya kesepakatan damai dengan Ukraina alih-alih gencatan senjata terlebih dahulu, setelah bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat lalu.
Trump dijadwalkan bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan para pemimpin Eropa pada Senin malam untuk membahas langkah selanjutnya, meski usulan konkret masih belum jelas
Perdagangan saham hari ini dibuka dengan mencatatkan pergerakan indeks ASX 200, Australia yang mendatar. Indeks berlanjut naik tipis 0,08% di posisi 8.946,1 pada pukul 8:15 WIB.
Indeks Kospi, Korea Selatan dibuka merosot 1,06% dan Kosdaq anjlok 1,44%. Kospi berlanjut melorot 0,91% ke 3.196,21.
Pada jam yang sama indesk Nikkei 225 Jepang naik 0,33% (142,412 poin) menjadi 43.520,72, setelah dibuka meningkat 0,62%, sementara indeks Topix naik 0,42%.
Bursa saham Indonesia hari ini tutup karena libur Hari Kemerdekaan.
Pergerakan pasar pekan ini diperkirakan akan penuh dinamika terkait kebijakan suku bunga AS, sementara harga minyak tergelincir karena risiko terhadap pasokan Rusia sedikit mereda.
Pasar akan mencermati simposium Jackson Hole dari Federal Reserve Kansas City pada 21-23 Agustus, di mana Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan menyampaikan pandangan mengenai prospek ekonomi dan kerangka kebijakan bank sentral.
"Powell kemungkinan akan memberi sinyal bahwa risiko terhadap mandat ketenagakerjaan dan inflasi mulai seimbang, sehingga membuka jalan bagi The Fed untuk mengembalikan suku bunga kebijakan ke level netral," kata Andrew Hollenhorst, kepala ekonom di Citi Research.
"Tapi Powell kemungkinan tidak akan secara eksplisit memberi sinyal pemangkasan suku bunga pada September, menunggu rilis data pekerjaan dan inflasi Agustus," tambahnya seperti dikutip Reuters, Senin (18/8). "Ini akan relatif netral bagi pasar yang sudah sepenuhnya memperhitungkan pemangkasan September."
Laman Reuters melaporkan, pasar memperkirakan sekitar 85% peluang terjadinya pemangkasan suku bunga seperempat poin pada pertemuan The Fed 17 September, dan telah memproyeksikan pelonggaran lebih lanjut hingga Desember.
Prospek biaya pinjaman yang lebih rendah secara global telah menopang bursa saham. Indeks terluas MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang sedikit melemah, setelah menyentuh level tertinggi empat tahun pekan lalu.
Di pasar obligasi, peluang pelonggaran The Fed menekan imbal hasil obligasi jangka pendek AS, sementara tenor panjang tertekan risiko stagflasi dan defisit anggaran besar, sehingga menciptakan kurva imbal hasil paling curam sejak 2021. Obligasi Eropa juga tertekan oleh prospek peningkatan utang untuk membiayai belanja pertahanan, mendorong imbal hasil jangka panjang Jerman ke level tertinggi 14 tahun.
Ekspektasi pelonggaran lebih lanjut The Fed membebani dolar AS, yang melemah 0,4% terhadap sekeranjang mata uang pekan lalu dan terakhir berada di level 97,851.
Dolar sedikit menguat terhadap yen di 147,33, sementara euro bertahan di US$1,1704 setelah naik 0,5% pekan lalu. Dolar berkinerja lebih baik terhadap dolar Selandia Baru karena bank sentral negara tersebut diperkirakan akan memangkas suku bunga ke 3,0% pada Rabu.
Di pasar komoditas, harga emas bertahan di US$3.328 per ounce setelah melemah 1,9% pekan lalu.
Harga minyak tertekan setelah Trump mundur dari ancaman untuk memberlakukan lebih banyak pembatasan pada ekspor minyak Rusia. Minyak Brent turun 0,4% menjadi US$65,61 per barel, sementara minyak mentah AS melemah 0,2% ke US$62,67 per barel. ( CNBC /Reuters)

Sumber : Admin