Buruknya Tata Kelola Perusahaan Tanah Air Turut Andil Dalam Kejatuhan Rupiah
Friday, February 28, 2025       11:32 WIB

Ipotnews - Kejatuhan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tidak cuma karena faktor sentimen negatif dari Presiden Donald Trump, tetapi juga karena kecemasan pelaku pasar melihat buruknya tata kelola perusahaan di Indonesia.
Mengutip data aplikasi IPOT sejak akhir tahun lalu Selasa (31/12/2024) hingga Jumat (28/2/2025) pukul 11.18 WIB, pergerakan kurs rupiah masih melemah dari Rp16.132 per dolar AS menjadi Rp16.565 per dolar AS, turun 433 poin atau 2,7% secara year to date (YtD).
Dalam seminggu terakhir, kurs rupiah juga bergerak melemah dari 16.278 per dolar AS menjadi Rp16.565 per dolar AS, turun 287 poin atau 1,8%.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana mengatakan kurs rupiah melemah sejak awal tahun ini tidak semata - mata karena kebijakan tarif Trump. "Tetapi ada keraguan yang sangat besar dari pelaku pasar, terutama dari asing tentang tata kelola perusahaan di Indonesia," kata Fikri saat dihubungi Ipotnews hari ini.
Fikri melihat kasus korupsi impor minyak di PT Pertamina periode 2018 - 2023, nilai kerugian negara yang ditimbulkan begitu besar nyaris mencapai Rp1.000 triliun. Ini belum mempertimbangkan kasus Pertamina di periode sebelumnya lagi.
"Padahal Pertamina adalah salah satu BUMN utama penyokong Danantara. Hal - hal seperti ini jelas menimbulkan keraguan besar di kalangan pelaku pasar," jelas Fikri.
Pelaku pasar, menurut Fikri, melihat Danantara dan Bank Emas sebagai potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% pada 2029. Masalahnya adalah apabila isu sangat buruknya tata kelola bisnis dan perusahaan di Indonesia ini tidak diatasi, sulit untuk membangkitkan kepercayaan pelaku pasar.
"Perlu ada kebijakan yang signifikan dan revolusioner dari Presiden Prabowo untuk memastikan penerapan tata kelola yang baik atau good corporate governance (GCG) di birokrasi dan BUMN bisa berjalan maksimal. Tanpa itu, rasanya sulit untuk meyakinkan pelaku pasar," pungkas Fikri.
Minggu ini, Presiden Prabowo Subianto telah meluncurkan sejumlah kebijakan strategis pemerintah yang baru, mulai dari Badan Pengelola Investasi Danantara hingga Bank Emas. Menurut Prabowo, ini merupakan ikhtiar menuju kemandirian ekonomi.
(Adhitya)

Sumber : admin