Dolar AS Menguat Setelah Trump Bangkitkan Kekhawatiran Perdagangan
Saturday, June 28, 2025       07:20 WIB

Ipotnews - Dolar AS berbalik menguat setelah sempat melemah terhadap euro pada Jumat (27/6) akhir pekan ini. Ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa AS menghentikan pembicaraan perdagangan dengan Kanada dan mempertimbangkan kembali pengeboman terhadap Iran. Pernyataan ini mengurangi minat investor terhadap aset berisiko dan menekan pasar saham.
"Kedua pernyataan ini menunjukkan betapa tidak terduganya Trump dan bagaimana asumsi pasar bisa langsung runtuh," kata Adam Button, kepala analis mata uang di ForexLive. "Reaksi spontannya adalah membeli dolar AS, tapi setelah situasi tenang, kemungkinan akan kembali melemah. Perang dagang sepanjang tahun ini telah menjadi beban bagi dolar," tambah Button.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent sebelumnya mengatakan pada Jumat bahwa berbagai kesepakatan dagang pemerintahan Trump dengan negara lain mungkin bisa diselesaikan sebelum libur Hari Buruh pada 1 September.
Namun, dolar Kanada terus melemah setelah Trump menyatakan AS segera menghentikan negosiasi perdagangan dengan Kanada sebagai respons atas pajak layanan digital Kanada terhadap perusahaan teknologi. Dolar Kanada terakhir melemah 0,5% terhadap dolar AS menjadi C$1,37 per dolar.
Trump juga mengkritik keras Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, membatalkan rencana pencabutan sanksi terhadap Iran, dan mengatakan akan mempertimbangkan pengeboman kembali jika Tehran meningkatkan pengayaan uranium ke level yang mengkhawatirkan.
Dolar sempat jatuh ke level terendah dalam tiga setengah tahun terhadap euro lebih awal pada Jumat, karena trader memperkirakan Federal Reserve akan memotong suku bunga lebih sering dan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, seiring melemahnya ekonomi AS.
Laporan pada Jumat menunjukkan belanja konsumen AS tak terduga turun pada Mei karena efek pembelian barang seperti kendaraan bermotor sebelum kenaikan tarif memudar, sementara kenaikan inflasi bulanan tetap moderat.
Data klaim pengangguran mingguan pada Kamis menunjukkan bahwa klaim berkelanjutan mencapai level tertinggi sejak November 2021, sementara angka PDB kuartal pertama mencerminkan penurunan tajam belanja konsumen.
"Beberapa data yang kami dapatkan beberapa hari terakhir tidak terlalu bagus," kata Lou Brien, strategis di DRW Trading, Chicago.
Pernyataan Ketua Fed Jerome Powell di hadapan Kongres AS pekan ini dianggap bersifat dovish setelah ia menyatakan bahwa pemotongan suku bunga mungkin terjadi jika inflasi tidak naik sesuai ekspektasinya musim panas ini.
Kabarnya, Trump mungkin akan menunjuk pengganti Powell dalam beberapa bulan mendatang, yang semakin melemahkan dolar. Ketua Fed baru diperkirakan lebih dovish, dan pengangkatan dini bisa mengurangi pengaruh Powell dengan menjadi "ketua bayangan" sebelum masa jabatannya berakhir pada Mei. Namun, sumber yang dekat dengan Gedung Putih mengatakan pada Kamis bahwa Trump belum memutuskan pengganti Powell, dan keputusan tidak akan segera diumumkan.
Pemotongan suku bunga Fed akan mengurangi keunggulan suku bunga dolar dibanding mata uang lain. Trader kini memprediksi pemotongan 65 basis points pada akhir tahun, naik dari 46 basis points seminggu sebelumnya.
Indeks dolar hampir tidak berubah di level 97,36 dan berpotensi mengalami penurunan mingguan 1,40%, terburuk sejak 19 Mei.
Sementara itu, euro terakhir menguat 0,05% menjadi $1,1705 dan sempat mencapai $1,1754, level tertinggi sejak September 2021. Mata uang ini berpotensi mencatat kenaikan mingguan 1,57%, terbaik sejak 19 Mei.
Poundsterling melemah 0,19% menjadi $1,3701 tetapi masih menuju kenaikan mingguan 1,85%, pekan terbaik sejak 19 Mei. Dolar melemah 0,06% terhadap franc Swiss menjadi 0,8 franc dan menuju penurunan mingguan 2,26%, terbesar sejak 7 April.
Partai Republik AS juga menghadapi defisit anggaran yang besar dalam RUU pemotongan pajak dan belanja mereka pada Jumat, menunjukkan kemungkinan gagal memenuhi tenggat Trump pada 4 Juli saat mereka merevisi puluhan poin yang ditolak oleh penilai nonpartisan.
Prospek jangka panjang dolar dinilai menantang karena investor asing mengevaluasi ulang "keistimewaan AS" yang selama ini menarik investasi.
Brien menambahkan bahwa kebijakan pemerintahan Biden juga masih membebani mata uang ini. Mantan Presiden Joe Biden memutus akses Rusia terhadap dolar AS, membekukan asetnya, dan memberlakukan sanksi setelah invasi ke Ukraina pada 2022. Analis mengatakan hal ini mendorong negara lain mempercepat upaya mengurangi ketergantungan pada dolar.
"Pemerintahan Biden mempersenjatai dolar dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Brien. "Efeknya masih terngiang di benak banyak orang."
Terhadap yen, dolar menguat 0,19% menjadi 144,65 tetapi menuju penurunan mingguan 0,94%, terbesar sejak 19 Mei.
Inflasi inti konsumen di ibu kota Jepang melambat tajam pada Juni karena pemotongan sementara tagihan utilitas, tetapi tetap jauh di atas target bank sentral sebesar 2%, memperkuat ekspektasi pasar atas kenaikan suku bunga lebih lanjut. Di pasar kripto, bitcoin turun 0,86% menjadi $106.879.
(reuters)

Sumber : admin

berita terbaru