Dolar AS Menguat terhadap Yen, Konflik Timur Tengah Masih Menjadi Sorotan
Saturday, June 21, 2025       07:31 WIB

Ipotnews - Dolar Amerika Serikat menguat ke level tertinggi dalam tiga pekan terhadap yen--mata uang yang dianggap sebagai aset aman--dan juga menguat terhadap franc Swiss pada hari Jumat, di tengah tanda-tanda meredanya ketegangan di Timur Tengah setelah Iran menyatakan dukungan untuk melanjutkan pembicaraan dengan Eropa terkait konflik dengan Israel.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menyatakan bahwa Teheran mendukung pembicaraan lanjutan dengan Jerman, Prancis, Inggris, dan Uni Eropa, serta bersedia untuk mengadakan pertemuan lagi dalam waktu dekat setelah perundingan di Jenewa.
Israel dan Iran telah terlibat dalam pertempuran udara selama sepekan, seiring upaya Israel untuk menghentikan ambisi nuklir Teheran. Pelaku pasar pun waspada terhadap kemungkinan serangan AS terhadap Iran, yang mendorong penguatan dolar AS.
Indeks dolar AS, yang mengukur nilai tukar dolar terhadap enam mata uang utama termasuk franc Swiss, yen Jepang, dan euro diperkirakan naik 0,6% minggu ini. Namun, pada hari itu indeks tetap datar setelah seorang gubernur The Fed menyatakan bahwa penurunan suku bunga bisa mulai dipertimbangkan secepatnya pada Juli, mengingat data inflasi terbaru.
"Pasar sudah memperkirakan dua kali penurunan suku bunga. Hal itu baru saja dikonfirmasi oleh The Fed minggu ini. Jadi, pernyataan Chris Waller menunjukkan bahwa langkah itu mungkin akan dilakukan lebih cepat," kata Joseph Trevisani, analis senior di FX Street.
Iran pada hari Jumat menegaskan tidak akan membahas masa depan program nuklirnya selama masih berada di bawah serangan Israel, sementara Eropa berusaha membujuk Teheran agar kembali ke meja perundingan.
Sementara itu, Gedung Putih menyatakan pada hari Kamis bahwa Presiden Donald Trump akan memutuskan dalam dua minggu ke depan mengenai potensi keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik tersebut.
Pernyataan ini menenangkan sebagian investor yang khawatir akan adanya serangan langsung dari AS terhadap Iran, meskipun prospek meluasnya konflik di Timur Tengah tetap membuat selera risiko pasar terbatas.
Harga minyak Brent turun lebih dari 2%, namun masih berada di kisaran USD 77 per barel, mendekati puncak yang tercapai pada Januari lalu.
Penurunan harga minyak ini mendukung penguatan mata uang dari negara-negara pengimpor minyak bersih seperti euro dan yen. Euro naik 0,3% menjadi USD 1,1534, sedangkan yen melemah 0,29% menjadi 145,88 per dolar.
Lonjakan harga minyak baru-baru ini menambah ketidakpastian inflasi yang harus dihadapi oleh bank sentral di berbagai kawasan, yang sebelumnya sudah dihadapkan pada dampak potensial tarif AS terhadap ekonomi mereka.
Meskipun The Fed tetap pada proyeksi dua kali penurunan suku bunga tahun ini, Ketua Jerome Powell memperingatkan adanya inflasi yang "bermakna" ke depan.
Para analis menilai sikap The Fed kali ini mengarah pada kebijakan yang lebih hawkish, yang turut memperkuat penguatan dolar sepanjang minggu ini.
Franc Swiss tetap stabil di posisi 0,8166 per dolar, namun berada di jalur penurunan mingguan terbesar sejak minggu ketiga April, setelah bank sentral negara tersebut memangkas suku bunga ke 0%.
Investor juga dikejutkan oleh keputusan tak terduga dari Norges Bank yang memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, menyebabkan nilai tukar krone Norwegia melemah lebih dari 2% terhadap dolar minggu ini.
Meski ketegangan geopolitik menjadi fokus utama pasar minggu ini, kekhawatiran akan perang dagang dan dampaknya terhadap biaya produksi, margin korporasi, serta pertumbuhan ekonomi tetap menghantui, mengingat tenggat waktu tarif dari Trump yang semakin dekat di awal Juli. Kekhawatiran ini turut membebani dolar, yang tercatat turun sekitar 9% sepanjang tahun ini.
Mata uang yang sensitif terhadap sentimen risiko seperti dolar Australia dan Selandia Baru masing-masing turun 0,3% terhadap dolar AS.
Sementara itu, yuan tetap stabil di 7,1820 setelah Tiongkok mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya sesuai ekspektasi pasar.
Poundsterling juga stabil di USD 1,3471, setelah memangkas kenaikan sebelumnya menyusul data penjualan ritel Inggris yang menunjukkan penurunan volume penjualan terbesar sejak Desember 2023 bulan lalu.
"Posisi pasar saat ini mungkin lebih cenderung pada penyesuaian posisi," ujar Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex.
(reuters/mk)

Sumber : admin