Dolar AS Merosot Setelah Trump Kembali Tebar Ancaman Tarif ke Uni Eropa
Saturday, May 24, 2025       07:17 WIB

Ipotnews - Dolar Amerika Serikat melemah terhadap hampir semua mata uang utama pada hari Jumat (23/5) akhir pekan ini, setelah investor ramai-ramai melepas mata uang tersebut menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump yang kembali meningkatkan ketegangan perang dagang dengan menyarankan penerapan tarif sebesar 50% terhadap Uni Eropa mulai 1 Juni.
Pernyataan ini memicu kekhawatiran baru mengenai dampak tarif terhadap perekonomian dan perdagangan global.
Trump menyebut dalam pernyataan di media sosial bahwa Uni Eropa "sangat sulit diajak bekerja sama" dan bahwa "pembicaraan kami dengan mereka tidak mengalami kemajuan."
Ia juga mengancam akan mengenakan tarif sebesar 25% terhadap iPhone buatan Apple yang tidak diproduksi di Amerika Serikat, serta terhadap ponsel pintar buatan Samsung dan produsen lainnya.
"Tema utama yang membebani dolar saat ini adalah hilangnya kepercayaan terhadap kebijakan AS," ujar Elias Haddad, ahli strategi pasar senior di Brown Brothers Harriman di London. "Perang dagang yang berlangsung membuat negara-negara mulai mengevaluasi kembali ketergantungan mereka pada Amerika Serikat."
Pada perdagangan sore, dolar melemah 1% terhadap yen Jepang yang dikenal sebagai mata uang safe haven, menjadi 142,48, setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah dua minggu. Dalam sepekan, dolar turun 2,2% terhadap yen, menuju penurunan mingguan terbesar sejak 7 April.
Euro menguat 0,8% terhadap dolar menjadi \\$1,1363. Sebelumnya euro menyentuh level tertinggi dua minggu, dan berada di jalur untuk kenaikan mingguan terbesar dalam enam minggu terakhir.
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar terhadap sekeranjang mata uang utama, turun 0,8% menjadi 99,09, menyentuh level terendah tiga minggu. Dalam sepekan, indeks ini telah turun 1,9%, menandai penurunan mingguan terbesar sejak awal April.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyampaikan bahwa komentar Trump mengenai tarif adalah tanggapan atas lambatnya kemajuan pembicaraan tarif dengan Uni Eropa. Ia menambahkan bahwa Presiden AS menilai tawaran perdagangan dari Uni Eropa belum cukup memadai bagi Amerika Serikat.
Pasar saham AS juga mengalami penurunan bersamaan dengan melemahnya dolar.
Jayati Bharadwaj, ahli strategi valuta asing global di TD Securities, mengatakan bahwa pelemahan dolar dan saham secara bersamaan menyoroti kegagalan dolar untuk berfungsi sebagai mata uang safe haven sepanjang tahun ini.
"Korelasi dolar dengan pasar saham juga telah berubah... sepenuhnya berbalik dalam beberapa minggu terakhir dan kami memperkirakan situasi ini akan bertahan. Ini karena risiko yang kami hadapi sejak awal tahun ini bersumber dari AS sendiri," tambahnya.
Sementara itu, yen Jepang mendapat dorongan dari data yang menunjukkan bahwa inflasi inti Jepang naik pada laju tahunan tercepat dalam lebih dari dua tahun pada bulan April. Hal ini meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga lagi oleh Bank of Japan sebelum akhir tahun.
Data ini menyoroti dilema yang dihadapi Bank of Japan, yang harus menghadapi tekanan harga akibat inflasi pangan yang terus berlangsung, sekaligus tantangan ekonomi dari tarif yang diberlakukan Trump.
Obligasi pemerintah Jepang bertenor sangat panjang juga mencetak rekor tertinggi minggu ini, meskipun imbal hasilnya menurun pada hari Jumat.
Setelah Moody's menurunkan peringkat utang AS minggu lalu, perhatian investor kini tertuju pada beban utang negara tersebut yang mencapai \\$36 triliun, serta rancangan undang-undang pajak Trump yang diperkirakan dapat menambah triliunan dolar lagi ke dalam beban tersebut.
RUU pajak tersebut telah lolos dengan tipis di DPR yang dikuasai oleh Partai Republik dan kini akan dibahas di Senat, yang kemungkinan akan memakan waktu berminggu-minggu, membuat sentimen pasar tetap rapuh dalam waktu dekat.
Poundsterling menguat 0,9% terhadap dolar menjadi \\$1,3533 setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun. Dalam sepekan, pound naik 1%, mencatatkan kenaikan mingguan terbesar dalam lima minggu terakhir.
(reuters)

Sumber : admin