IHSG Diprediksi Bergerak Variatif Pekan Ini, Cermati Kesepakatan Dagang AS
Monday, June 30, 2025       05:31 WIB

Ipotnews - Pada perdagangan pekan ini, bursa saham global termasuk Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) diperkirakan bergerak variatif dalam bayang-bayang sentimen campuran, mulai dari optimisme kesepakatan dagang Amerika Serikat-China hingga ketegangan geopolitik dan data makro yang akan menentukan arah pasar.
Praktisi masar modal, Hans Kwee, mengatakan kesepakatan dagang AS-China menjadi sentimen positif, namun batas akhir 9 Juli untuk penundaan tarif resiprokal berpotensi memicu ketidakpastian.
"Pelaku pasar waspada terhadap risiko kegagalan negosiasi yang dapat memicu kembali eskalasi perang dagang," kata Hans dalam keterangan tertulis, Minggu (29/6).
Sementara itu, Amerika menghentikan pembicaraan dengan Kanada menyusul perselisihan pajak layanan digital, menunjukkan ketegangan perdagangan yang meluas. Di sisi lain, Uni Eropa berupaya mencapai kesepakatan dengan AS sebelum 9 Juli, meski potensi ketidaksepakatan tetap tinggi.
"Pelaku pasar sedang mencerna dua sisi koin. Di satu sisi, gencatan tarif AS-China memberi ruang bagi penguatan IHSG , tetapi di sisi lain, batas waktu 9 Juli adalah 'bom waktu' yang bisa memicu volatilitas jika tidak ada kepastian. Investor perlu memitigasi risiko dengan portofolio yang seimbang," ujar Hans.
Ketegangan geopolitik kembali memanas setelah Presiden Donald Trump mengancam akan melakukan serangan terhadap Iran, meningkatkan kekhawatiran stabilitas kawasan Timur Tengah. Meski harga minyak masih tertekan pasca gencatan senjata Israel-Iran, pasar tetap waspada terhadap risiko kenaikan volatilitas jika ketegangan meningkat.
Menurut Hans, ancaman Amerika ke Iran adalah faktor "wildcard" yang bisa menggoyang pasar kapan saja. "Jika eskalasi terjadi, saham berbasis komoditas seperti energi dan logam bisa terdongkrak, tetapi risiko flight-to-safety ke USD justru bisa menekan IHSG ," katanya.
Di sisi lain, Federal Reserve memberikan sinyal lebih dovish, dengan pasar memprediksi tiga kali pemotongan suku bunga mulai September. Namun, data tenaga kerja AS pekan ini, termasuk JOLTS, non-farm payrolls, dan tingkat pengangguran akan menjadi penentu apakah ekspektasi tersebut tetap valid. Pasar juga akan menyoroti sejumlah data penting, termasuk PDB Inggris, inflasi Jerman dan Uni Eropa.
"Kemudian data domestik adalah inflasi dan neraca perdagangan, yang akan memengaruhi sentimen terhadap rupiah dan IHSG ," ucap Hans.
Dia mengatakan IHSG masih dalam fase konsolidasi setelah reli sebelumnya. Level 6.800 adalah support psikologis utama. "Jika bertahan, kita bisa melihat penguatan menuju 7.000. Namun, breakout baru akan valid jika volume tinggi mendukung dan diikuti konfirmasi dari sentimen global," kata Hans.
"Investasi selalu tentang manajemen risiko. Di tengah ketidakpastian seperti sekarang, diversifikasi dan selektivitas adalah kunci."
Mengutip data aplikasi IPOT , dalam seminggu terakhir, IHSG anjlok 3,0% atau 210 poin menjadi menjadi 6.897, dari 7.107. (Adhitya/AI)

Sumber : Admin