- Banjir di Sumatera mengancam pasokan komoditas dan dapat memicu lonjakan inflasi, sehingga menjadi risiko utama bagi stabilitas pasar domestik menjelang akhir tahun.
- Meskipun IHSG menguat, terjadi capital outflow asing signifikan, menandakan investor global masih berhati-hati terhadap kondisi domestik.
- IndoPremier merekomendasikan strategi investasi berbasis sentimen Nataru dan prospek global, termasuk saham konsumsi, teknologi, kawasan industri, serta obligasi FR0100.
Ipotnews - PT Indo Premier Sekuritas (IndoPremier) menilai, bencana banjir yang melanda sentra perkebunan di Pulau Sumatera berpotensi mengganggu pasokan komoditas domestik dan memicu lonjakan inflasi, serta mengancam optimisme pasar modal menjelang akhir tahun yang didorong oleh stimulus Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Penilaian tersebut disampaikan Equity Analyst IndoPremier, Iman Gunadi di Jakarta, Senin (1/12). Dia menyampaikan, di balik tren penguatan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) dalam beberapa waktu terakhir, pasar mencatat tekanan jual dari investor asing dengan net outflow sebesar Rp765 miliar dalam sepekan terakhir.
"Meskipun IHSG menguat, capital outflow asing yang besar ini menjadi sinyal peringatan. Investor global masih wait and see terhadap stabilitas domestik kita," ujar Iman.
Dia menambahkan, pergerakan net foreign value didominasi oleh lima saham yang mencatatkan net buy (inflow) tertinggi, yaitu (Rp4,426 T), (Rp3,209 T), (Rp969,2 B), (Rp6,83 T) dan (Rp1,189 T). Mayoritas inflow ini didorong oleh sentimen positif dari hasil rebalancing indeks MSCI yang berlaku efektif pada 25 November 2025.
Dari sisi global, lanjut Iman, sentimen pasar didominasi oleh harapan pivot kebijakan moneter Federal Reserve AS. Di awal pekan ada rilis ISM Manufacturing PMI. Angka di bawah konsensus 48,6 akan menjadi sinyal kuat kontraksi sektor industri AS, memperkuat pandangan bahwa kebijakan moneter yang ketat mulai berdampak signifikan.
Puncak fokus global adalah data inflasi utama AS, yaitu PCE Price Index (MoM & YoY) dan Core PCE Price Index (MoM & YoY) pada akhir pekan. Konsensus Core PCE Price Index YoY melambat sesuai konsensus 2,8 persen.
Di tengah fokus global, kata Iman, stabilitas domestik sangat penting sebagai daya tarik inflow. Ada dua indikator kunci yang wajib dipantau, yakni neraca perdagangan dan inflasi.
Dia menyampaikan, pasar domestik juga akan diuntungkan oleh adanya window dressing dan stimulus Nataru. Menjelang periode Nataru, pasar akan mendapat dorongan dari stimulus belanja pemerintah, seperti pencairan tunjangan hari raya (THR) dan penyaluran bantuan sosial.
Iman mengungkapkan, peningkatan likuiditas dan konsumsi yang didorong oleh kebijakan tersebut secara tradisional menciptakan narasi positif bagi saham-saham berbasis konsumsi dan ritel, serta mendukung momentum window dressing di akhir tahun ini.
Namun, jelas dia, risiko domestik yang perlu diwaspadai adalah dampak dari bencana banjir di Sumatera. Banjir di wilayah sentra perkebunan (kelapa sawit, karet hingga tebu) dapat menyebabkan gangguan signifikan pada pasokan domestik dan logistik. Gangguan ini berpotensi memicu inflasi volatile food dan komoditas dalam jangka pendek. "Jika inflasi melonjak akibat supply disruption lokal, hal itu dapat membatasi ruang gerak Bank Indonesia".
Merespons dinamika pasar saat ini, menurut Iman, IndoPremier merekomendasikan strategi investasi pada saham-saham yang tertopang sentimen Nataru dan instrumen obligasi berikut ini:
1. Buy (Entry: 2180, Target: 2300, Stop Loss: 2120). direkomendasikan sebagai salah satu emiten defensif-konsumsi yang diuntungkan dari agenda Nataru. Kenaikan disposable income masyarakat menjelang Nataru akan secara langsung meningkatkan volume penjualan produk consumer goods seperti .
2. Buy on Pullback (Entry: 1820-1865, Target: 2000 dan Stop Loss: 1770). dengan eksposur di sektor kawasan industri (Subang Smartpolitan) akan menjadi penerima manfaat langsung dari peningkatan Foreign Direct Investment (FDI) yang cenderung meningkat di tengah dorongan sentimen risk-on global.
3. Buy on Pullback (Entry: 670, Target: 745 dan Stop Loss: 640). Rekomendasi didasarkan pada potensi re-rating sektor teknologi dan telekomunikasi pasca-reaksi dovish The Fed dan dorongan sentimen risk-on global. Secara spesifik, sebagai emiten di sektor infrastruktur digital diuntungkan oleh penurunan risk-free rate global yang membuat valuasi forward-looking aset teknologi menjadi lebih menarik.
4. Buy Obligasi FR0100. Rekomendasi FR0100 didasarkan pada strategi investasi yang memanfaatkan ekspektasi penurunan yield domestic, seiring dengan meredanya tekanan suku bunga global. Harapan terhadap potensi pemangkasan suku bunga The Fed (didukung data Core PCE yang melambat) akan memicu transisi risk-on dan inflow dana asing ke pasar obligasi emerging markets. Inflow ini secara langsung akan menekan yield FR0100 (harga obligasi naik), menawarkan potensi capital gain yang atraktif bagi investor yang masuk saat ini.(Budi/AI)
Sumber : admin