Rupiah Terpuruk Setelah Goldman Sachs Pangkas Peringkat Aset RI
Tuesday, March 11, 2025       12:45 WIB

Ipotnews - Pemangkasan peringkat aset Indonesia oleh Goldman Sachs menjadi sentimen negatif yang melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam perdagangan hari ini.
Mengutip data Bloomberg pada Selasa (11/3) pukul 12.00 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan di level Rp16.426 per dolar AS, melemah 59 poin atau 0,36% dibandingkan Senin sore (10/3) dilevel Rp16.367 per dolar AS.
Chief Economist & Head of Research Mirae Asset, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto mengatakan pelemahan rupiah hari ini disebabkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi resesi perekonomian AS.
"Pelaku pasar terlalu berlebihan merespon data-data ekonomi AS yang menunjukkan perlambatan dan terlalu cepat berasumsi bahwa probabilitas terjadinya resesi tahun ini meningkat," kata Rully dalam keterangan tertulisnya, hari ini.
Rully sebelumnya berpikir bahwa pelemahan USD dan penurunan imbal hasil obligasi AS, dapat berdampak positif terhadap IHSG dan inflows investor asing. "Namun kemarin muncul berita kurang baik dari downgrade pasar saham Indonesia oleh Goldman Sachs menjadi market weight dari overweight" ujar Rully.
Langkah Goldman Sachs ini menurut Rully, memang dipengaruhi oleh rendahnya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Oleh sebab itu kami menyarankan bahwa saat ini pelaku pasar harus sangat berhati-hati dalam menentukan keputusan investasi," pungkas Rully.
Sebagaimana diketahui, pemangkasan peringkat aset Indonesia oleh Goldman Sachs dilakukan dengan alasan meningkatnya risiko fiskal akibat berbagai kebijakan Presiden Prabowo Subianto.
Melansir dari Bloomberg News, Senin (10/3), bank investasi Wall Street Amerika Serikat (AS) ini memangkas rekomendasi atas saham Indonesia dari overweight menjadi market weight serta menurunkan pandangannya terhadap obligasi kuasi-sovereign bertenor 10 hingga 20 tahun dari posisi unggulan sebelumnya.
Keputusan ini diambil setelah Goldman meningkatkan proyeksi defisit anggaran Indonesia pada 2025 menjadi 2,9% dari produk domestik bruto (PDB), naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,5%.
Risiko tersebut berpusat pada kebijakan ekonomi Prabowo yang mencakup realokasi anggaran, pembentukan dana abadi (sovereign wealth fund/SWF) Danantara, serta perluasan kebijakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Para analis menilai langkah-langkah ini berpotensi memperlebar defisit fiskal lebih lanjut.
(Adhitya)

Sumber : admin