Tarif Impor Trump Pada Brazil Sarat Muatan Politik, Rupiah Menguat Terbatas
Thursday, July 10, 2025       12:46 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah menguat terbatas di tengah pelemahan dolar AS, akibat sentimen negatif pelaku pasar terhadap sanksi tarif impor 50% oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Brazil. Sanksi tersebut dinilai lebih bermuatan politik daripada alasan ekonomi.
Mengutip data Bloomberg pada Kamis siang (10/7) pukul 12.00 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan di level Rp16.224 per dolar AS, menguat 34 poin atau 0,20% dibandingkan Rabu sore (9/7) dilevel Rp16.258 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan bahwa pelemahan dolar yang terjadi mendorong penguatan rupiah meski terbatas. "Rupiah diperkirakan menguat terhadap dolar AS yang melemah oleh kekhawatiran terhadap tarif impor Trump ke Brazil sebesar 50% yang lebih bermotif politik daripada alasan ekonomi," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews siang ini.
Sebagaimana diketahui, Presiden AS Donald Trump mengumumkan putaran kedua nilai tuntutan tarif bagi sejumlah negara pada Rabu (10/7), termasuk tarif sebesar 50% terhadap Brasil, sebagai salah satu yang tertinggi yang pernah diumumkan sejauh ini, yang akan mulai diberlakukan pada bulan Agustus.
Trump mengutip perlakuan terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro, seorang pemimpin populis sayap kanan dalam suratnya kepada Brasil, dan mendesak pihak berwenang untuk mencabut dakwaan terhadapnya atas dugaan upaya kudeta.
"Persidangan ini seharusnya tidak terjadi. Ini adalah Perburuan Penyihir yang harus segera DIHENTIKAN!" tulis Trump dalam surat tersebut.
Namun penguatan kurs rupiah hari ini relatif terbatas karena pelaku pasar cemas dengan kecenderungan bank sentral AS Federal Reserve yang masih cukup hawkish. "Iya, terbatas karena rilis notulensi FOMF semalam cukup hawkish," pungkas Lukman.
Sebagaimana diketahui, muncul perbedaan pandangan yang terjadi di antara para pejabat Federal Reserve mengenai prospek suku bunga acuan ke depan.
"Meski beberapa anggota mencatat tarif akan menaikkan harga sekali saja dan tidak akan memengaruhi ekspektasi inflasi jangka panjang, sebagian besar menilai risiko tarif akan memiliki dampak yang lebih persisten terhadap inflasi," bunyi risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal ( FOMC ) pada 17-18 Juni 2025 yang dirilis tadi malam.
Proyeksi suku bunga baru yang dirilis setelah pertemuan tersebut menunjukkan 10 dari 19 pejabat memprediksi setidaknya dua kali pemotongan suku bunga hingga akhir tahun.
Namun, tujuh pembuat kebijakan meramal tidak ada penurunan suku bunga sama sekali pada 2025, sedangkan dua sisanya memproyeksikan satu kali pemangkasan suku bunga.
(Adhitya)

Sumber : admin