- Wall Street ditutup melemah, dengan Dow Jones turun 0,84%, S&P 500 merosot 1,12%, dan Nasdaq anjlok 1,90%, dipicu aksi jual saham teknologi dan kekhawatiran atas valuasi tinggi di sektor AI.
- Laporan PHK korporasi melambung 183% pada Oktober, menandakan pelemahan pasar tenaga kerja di tengah ketidakpastian kebijakan suku bunga the Fed dan berlanjutnya government shutdown AS.
- DoorDash dan Elf Beauty melorot setelah laporan laba mengecewakan, sementara Snap naik 9,7% berkat kinerja kuat dan kemitraan baru dengan Perplexity AI.
Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street berakhir di zona merah, Kamis, dipicu kembalinya aksi jual sektor teknologi yang sempat terjadi pada awal pekan, di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan kekhawatiran atas valuasi saham yang dinilai sudah terlalu tinggi.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melorot 398,70 poin atau 0,84 persen menjadi 46.912,30, S&P 500 merosot 75,97 poin atau 1,12 persen ke posisi 6.720,32, sedangkan Nasdaq Composite Index anjlok 445,80 poin atau 1,90 persen jadi 23.053,99, demikian laporan Reuters dan Investing, di New York, Kamis (6/11) atau Jumat (7/11) pagi WIB.
Dari 11 sektor utama indeks S&P 500, consumer discretionary menjadi penekan terbesar dengan kejatuhan 2,5 persen, sementara sektor energi mencatat kenaikan tertinggi.
Ketiga indeks utama Wall Street kompak melemah karena sentimen pasar dibayangi kekhawatiran atas tingginya valuasi saham, terutama pada kelompok emiten yang terkait teknologi kecerdasan buatan (AI). Indeks semikonduktor Philadelphia SE menyusut 2,4 persen.
Saham-saham berorientasi AI yang sebelumnya menjadi pendorong reli bursa dalam beberapa bulan terakhir kini justru menjadi sumber tekanan. Kondisi ini menjadi pengingat bahwa reli Wall Street masih sangat bergantung pada sektor teknologi.
"Valuasi masih menjadi kekhawatiran utama untuk jangka panjang, tetapi sentimen pasar secara keseluruhan tetap bullish," kata Paul Nolte, penasihat keuangan di Murphy & Sylvest, Illinois. "Awal pekan ini kita turun sekitar 1 persen hingga 1,5 persen, lalu keesokan harinya naik lagi 0,8 persen. Artinya, mentalitas buy the dip masih kuat di pasar."
Ketidakpastian juga meningkat seiring berlanjutnya penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) Amerika Serikat, yang menyebabkan terbatasnya data ekonomi resmi. Hal ini membuat pelaku pasar dan Federal Reserve harus mengandalkan data dari sektor swasta dalam menilai prospek kebijakan suku bunga.
Laporan terbaru dari firma outplacement Challenger, Gray & Christmas menunjukkan pemutusan hubungan kerja korporasi melonjak 183,1 persen secara bulanan pada Oktober, menjadi yang terburuk dalam lebih dari dua dekade. Pemangkasan biaya dan penyesuaian bisnis akibat adopsi AI menjadi alasan utama gelombang PHK tersebut.
Sementara itu, data dari perusahaan analisis tenaga kerja Revelio Labs memperlihatkan ekonomi AS kehilangan sekitar 9.100 pekerjaan pada bulan lalu, sebagian besar berasal dari sektor pemerintahan.
"Hasil laporan PHK tersebut sangat mengecewakan dan menimbulkan kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja melemah lebih cepat daripada yang diperkirakan the Fed," ujar Michael Green, Kepala Strategi Simplify Asset Management, Philadelphia.
"Kondisi ini memicu penyesuaian ekspektasi terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Desember, yang sebelumnya disebut masih terbuka oleh Chairman Fed, Jerome Powell."
Di sisi lain, Mahkamah Agung AS, Rabu, mulai mendengarkan argumen mengenai legalitas kebijakan tarif impor Presiden Donald Trump yang dinilai berpotensi melampaui kewenangan eksekutif.
Musim laporan keuangan kuartal III juga hampir berakhir, dengan 424 perusahaan dari indeks S&P 500 mengumumkan kinerja mereka. Berdasarkan data LSEG , sekitar 83 persen perusahaan mencatatkan laba di atas perkiraan analis.
Secara keseluruhan, analis kini memperkirakan pertumbuhan laba S&P 500 sebesar 16,8 persen secara tahunan untuk periode Juli-September, jauh lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 8 persen di awal kuartal.
Beberapa saham mencatat pergerakan tajam, seperti DoorDash yang anjlok 17,5 persen setelah melaporkan laba kuartal III di bawah ekspektasi akibat meningkatnya biaya operasional.
Saham produsen kosmetik Elf Beauty juga merosot 35 persen setelah memberikan proyeksi penjualan dan laba tahunan yang lebih rendah dari perkiraan.
Sebaliknya, saham Snap melejit 9,7 persen setelah pendapatan kuartal III melampaui ekspektasi dan perusahaan mengumumkan kerja sama dengan Perplexity AI.
Jumlah saham yang turun lebih banyak daripada yang naik dengan rasio 1,97 banding 1 di NYSE . Terdapat 141 titik tertinggi baru dan 206 titik terendah baru di NYSE .
Di Nasdaq, 1.264 saham menguat dan 3.404 saham melemah di mana jumlah yang turun melebihi yang naik dengan rasio 2,69 banding 1.
S&P 500 mencatat 18 titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan 22 titik terendah baru, sementara Nasdaq Composite membukukan 78 titik tertinggi baru dan 260 titik terendah baru.
Volume transaksi di bursa Wall Street mencapai 20,77 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata 20,99 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir. (Reuters/Investing/AI)
Saham berkinerja terbaik di Dow
-International Business Machines (2,38%)
-Merck & Company Inc (2,03%)
-JPMorgan Chase & Co (0,96%)
Saham berkinerja terburuk
-Salesforce Inc (-4,97%)
-Nvidia Corporation (-2,75%)
-McDonald's Corporation (-2,45%)
Saham berkinerja terbaik di S&P 500
-Air Products and Chemicals Inc (10,51%)
-Parker-Hannifin Corporation (8,56%)
-APA Corporation (8,33%)
Saham berkinerja terburuk
-CarMax Inc (-24,72%)
-Teleflex Incorporated (-12,25%)
-Paycom (-11,02%)
Saham berkinerja terbaik di Nasdaq
-Baiya International Group Inc (73,61%)
-Aimei Health Technology Co Ltd (42,14%)
- EZGO Technologies Ltd (52,89%)
Saham berkinerja terburuk
-Energys Group Ltd (-68,33%)
-DIH Holding US Inc (-59,97%)
-Teads Holding Co (-44,88%)
Sumber : Admin