Ipotnews - Sinyal bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve masih berpeluang memangkas suku bunga acuan di 2025, telah mendorong penguatan kurs rupiah terhadap dolar siang ini.
Mengutip data Bloomberg pada Senin siang (2/6) pukul 12.00 WIB, kurs rupiah di level Rp16.305 per dolar AS, menguat 21 poin atau 0,13% dibandingkan Jumat sore (30/5) dilevel Rp16.326 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan rupiah menguat terbatas karena terbantu sinyal dari Deputi Gubernur bank sentral AS Federal Reserve, Christopher Waller. Ia menyatakan bahwa masih ada peluang bagi bank sentral AS untuk memangkas suku bunga tahun ini, meskipun ada tekanan dari kebijakan tarif yang diperkirakan akan mendorong kenaikan inflasi dan pengangguran dalam waktu dekat.
"Ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penguatan rupiah," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews siang ini.
"Dengan asumsi tarif efektif berada di kisaran skenario tarif rendah saya, inflasi inti terus bergerak menuju target 2%, dan pasar tenaga kerja tetap solid, saya akan mendukung pemangkasan suku bunga sebagai 'kabar baik' akhir tahun ini," ujar Waller dalam pidato yang disiapkan untuk konferensi Bank of Korea di Seoul, hari ini.
Di sisi lain, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut keputusan Donald Trump untuk menggandakan tarif impor baja sebagai langkah yang tidak tepat. Berbicara kepada wartawan Minggu (1/6), Albanese menanggapi kebijakan Presiden AS itu yang menaikkan tarif baja dan aluminium dari 25% menjadi 50%, seraya menyebutnya sebagai tindakan yang merugikan diri sendiri secara ekonomi oleh Amerika Serikat.
Tindakan tersebut hanya akan menaikkan biaya hidup bagi konsumen di negara tersebut. "Pernyataan tersebut juga diyakini pelaku pasar bahwa kebijakan Trump tersebut justru bisa menjadi senjata makan tuan bagi ekonomi AS. Ini mendorong penguatan kurs rupiah hari ini," pungkas Lukman.
(Adhitya)

Sumber : admin