Harga Emas Dekati US$ 4.100, The Fed dan Perang Dagang Jadi Penopang
Monday, October 13, 2025       11:18 WIB

JAKARTA, investor.id -Harga emas dunia kian mendekati level psikologis US$ 4.100 per troy ounce pada Senin (13/10/2025). Penguatan logam mulia tersebut ditopang oleh meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed.
Harga emas hari ini terlihat melesat 0,92% ke level US$ 4.055,31, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di level US$ 4.059.
Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha mengatakan, pada perdagangan sesi Asia, Senin (13/10/2025), harga emas melanjutkan reli penguatan yang sudah terjadi sejak akhir pekan lalu. Ketidakpastian global yang kian meningkat membuat investor kembali berburu aset safe haven, sementara dolar AS mulai kehilangan tenaga.
Andy menilai, tren teknikal emas masih menunjukkan dominasi bullish yang kuat. "Selama harga emas mampu bertahan di atas level US$ 3.979, peluang pengujian area psikologis US$ 4.100 per troy ounce masih terbuka lebar," ujarnya dalam risetnya, Senin (13/10/2025).
Namun, Andy mengingatkan potensi koreksi tetap perlu diwaspadai apabila momentum melemah. "Jika harga gagal bertahan di atas US$ 3.979, peluang penurunan ke area US$ 3.950 bisa muncul," tambahnya.
Andy menambahkan, reli harga emas hari ini turut disulut oleh meningkatnya tensi perdagangan antara Washington dan Beijing. Presiden AS Donald Trump mengumumkan penerapan tarif baru 100% terhadap impor China mulai 1 November. Langkah itu langsung direspons keras oleh Beijing yang bersiap mengenakan tarif balasan.
"Kondisi tersebut mengguncang pasar keuangan global dan menekan nilai dolar AS, sehingga mendorong investor beralih ke aset lindung nilai seperti emas," tambahnya.
Pemangkasan The Fed
Dari sisi kebijakan moneter, Andy mengatakan, ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed juga menjadi katalis positif bagi emas. Berdasarkan CME FedWatch Tool, sekitar 97% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) pada pertemuan Oktober, dan 92% memperkirakan pemangkasan tambahan pada Desember.
Suku bunga yang lebih rendah biasanya menekan dolar AS dan menambah daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil tetap.
Presiden The Fed St. Louis, Alberto Musalem, menyebut kondisi ekonomi AS saat ini 'berada di antara kebijakan yang sedikit restriktif dan netral,' menandakan ruang pelonggaran kebijakan masih terbuka. Ia juga menyoroti mulai melemahnya pasar tenaga kerja di tengah inflasi tinggi, kombinasi yang berpotensi mendorong sikap dovish bank sentral.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun tercatat turun 9 basis poin menjadi 4,048%, sementara imbal hasil riil merosot ke 1,708%. Pergerakan ini menunjukkan meningkatnya minat terhadap aset berisiko rendah, memperkuat permintaan emas sebagai pelindung nilai di tengah ketidakpastian makroekonomi global.
"Pasar kini menantikan rilis data ekonomi penting AS, seperti Penjualan Ritel dan Indeks Harga Produsen (IHP) pada Kamis (16/10/2025). Data ini akan menjadi acuan baru bagi arah kebijakan The Fed ke depan," jelasnya.
Secara keseluruhan, Andy menengaskan, prospek jangka pendek emas masih berada dalam tren positif. Selama harga mampu bertahan di atas area US$ 3.979, peluang penguatan menuju US$ 4.100 per troy ounce tetap terbuka. "Pasar emas sedang berada dalam fase sensitif terhadap setiap perubahan kebijakan moneter dan geopolitik. Disiplin manajemen risiko menjadi kunci utama bagi para trader," tutup Andy Nugraha.

Sumber : investor.id