Harga Emas Diprediksi Bakal Begini
Monday, July 28, 2025       09:11 WIB

JAKARTA, investor.id -Harga emas diprediksi melemah di awal pekan ini. Tapi, analis menyebut emas bisa melonjak lagi menjelang keputusan penting The Fed dan panasnya geopolitik global.
Harga emas ditutup melemah 0,92% di level US$ 3.337 pada Jumat (25/7/2025). Rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) harga emas dunia tercatat di level US$ 3.500 yang terjadi pada April lalu.
Analis komoditas keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan, secara harian, harga emas masih akan melemah, terutama di awal pekan. Dengan demikian, harga emas diprediksi akan mendekati US$ 3.300. "Namun, setelah itu, harga emas akan kembali naik ke US$ 3.357. Jika level itu tertembus, akan melaku ke US$ 3.380," ungkap Ibrahim, Minggu (2/7/2025).
Ibrahim menjelaskan, harga emas melemah di awal pekan terpengaruh kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Uni Eropa (UE) yang dikabarkan sudah semakin dekat. Kemungkinan, tarif impor yang diberlakukan kepada UE tersebut akan sepakat di 15%. "Sentimen inilah yang akan membuat harga emas menurun," jelasnya.
Namun, lanjut Ibrahim, harga emas diprediksi akan kembali menguat menjelang pertemuan The Fed pada 29-20 Juli mendatang. Terutama, setelah Presiden AS Donald Trump mengunjungi kantor The Fed untuk meninjau renovasi yang telah berjalan pada pekan pekan lalu.
Dalam pertemuan tersebut, Trump sempat mengadakan pembicaraan dengan Ketua The Fed Jerome Powell, yang menyiratkan bahwa ada kemungkinan bank sentral AS tersebut akan menurunkan suku bunga.
Suku Bunga The Fed
Ibrahim menegaskan, meski ada sinyal penurunan suku bunga The Fed, pelaksanaannya masih belum dapat dipastikan, apakah pada pertemuan mendatang, atau bulan-bulan selanjutnya. Menurutnya, baik The Fed belum menurunkan atau akan suku bunga pada pertemuan mendatang, kedua hal tersebut tetap akan menopang kenaikan harga emas.
"Hal itu karena jika tetap pertahankan suku bunga, ada kemungkinan akan membuat Trump marah dan akan memercik harapan harga emas naik. Sebab, yang ditunggu oleh pasar adalah pernyataan Powell mengenai kondisi ekonomi AS pasca pemberlakuan tarif, terutama tarif alumunium yang diatas 50%," jelasnya.
Di sisi lan, Ibrahim menegaskan, konflik geopolitik global terutama di Timur Tengah dan Eropa, masih terus memanas. Di Timur Tengah, gencatan senjata antara Israel dan Hamas gagal total, dan AS keluar dari perundingan tersebut. Hamas sendiri tidak menginginkan gencatan senjata, karena ada poin merugikan mereka. Hal itu memungkinan konflik akan terus terjadi dan akan berdampak pada negara sekitarnya.
Sedangkan di Eropa, Ibrahim menyebut, walau telah terkena sanksi ekonomi dari UE dan AS, Rusia masih terus melakukan penyerangan terhadap Ukraina. "konflik geopolitik ini masih akan terus menopang harga emas tetap berada di level tinggi," tutupnya.

Sumber : investor.id