Kata Bos BBCA Soal Potensi Harga Saham ke Rp 10.000 Lagi
Thursday, April 24, 2025       09:35 WIB

JAKARTA, investor.id - PT Bank Central Asia Tbk () menegaskan komitmennya untuk menjaga kinerja fundamental sebagai prioritas utama di tengah gejolak pasar yang sempat menekan harga saham emiten perbankan. Perseroan meyakini, selama performa bisnis bagus, nantinya kinerja saham pun otomatis akan mengikuti
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pada awal pembukaan perdagangan setelah libur panjang Idulfitri, banyak saham perbankan yang anjlok. Bukan hanya terjadi pada , tetapi juga bank besar lainnya seperti , , , dan bank-bank swasta lainnya.
Pihaknya menilai, pada saat libur panjang ada kejutan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengumumkan tarif resiprokal kepada negara-negara yang dianggap merugikan AS, termasuk Indonesia yang dikenakan tarif 32% saat itu. Sehingga, ketika pasar modal dibuka pada Selasa, 8 April 2025, terjadi koreksi besar di semua bank.
Menurutnya, ini hal yang wajar, lantaran naluri investor ketika mendengar berita ketidakpastian yang belum bisa dimitigasi dampaknya memberikan risiko. Alhasil, nomor satu yang dilakukan para investor adalah cepat-cepat menjual.
"Nanti sampai di bottom , baru lihat bagaimana respons bank, bukan hanya bank ya, perusahaan yang fundamentalnya bagus itu mulai diserok (investor) lagi. Maka terjadilah rebound," tutur Jahja pada konferensi pers, Rabu (23/4/2025).
BCA Sudah Buyback Saham
BCA juga sebelumnya telah mengumumkan rencana pengembalian kembali saham (buyback) maksimum Rp 1 triliun di harga Rp 9.200 per saham. Rencana tersebut merupakan upaya menjaga stabilitas perdagangan saham di pasar modal dalam kondisi volatilitas tinggi dan meningkatkan kepercayaan investor.
"Kami lakukan buyback setelah tanggal 8, 9 (April),tanggal 10-11 (April) kami sudah mulai buyback , tetapi memang belum signifikan, jujur saya katakan ya. Tapi market driven untuk bank-bank yang memang fundamentalnya bagus atau perusahaan non bank sekaligus, itu akan segera kelihatan rebound ," urai Jahja.
Menurutnya, pihaknya tidak bisa meramal apakah harga saham bisa kembali ke level Rp 10.000 per saham. "Nah, untungnya saya bukan fortune teller, saya nggak punya bola kaca yang digosok-gosok melintir dia keluar angka gitu ya. Jadi saya jujur katakan nggak tahu, bisa saja tercapai sebelum akhir tahun, bisa tahun depan, dan kami memang target kami bukan untuk menaikkan terus harga saham, kami targetnya menjaga performance ," beber dia.
Jahja menyebut, menargetkan untuk menjaga performa, seperti laba, return on asset (ROA), return on equity (ROE), cost to income ratio (CIR). Kemudian, loan at risk (LAR) juga dijaga, dan buat cadangan seperlunya, serta menjagakualitas dari pemberian pinjaman yang bagus dan prospektif.
"Itu yang kami kerjakan, otomatis kalau fundamental performa kami bagus, maka harga saham otomatis akan meningkat. Jadi kami sendiri nggak ada target berapa harga saham dan kami juga nggak tahu kapan itu akan terjadi," sambung dia.
Hingga perdagangan Rabu (23/4/2025), saham ditutup menguat 2,65% ke level Rp 8.725 per saham. Kenaikan ini terjadi di tengah rebound sektor perbankan pasca koreksi tajam pada awal April.
Saham diperdagangkan cukup aktif dengan volume transaksi mencapai 92,3 juta lembar saham, dalam 30.992 kali transaksi. Adapun, nilai transaksi tercatat sebesar Rp 799,7 miliar, menunjukkan minat investor yang kembali menguat terhadap saham berkapitalisasi jumbo ini.
Emas Up Trend 
Selain itu, Jahja juga menjelaskan sedikit mengenai instrumen emas. Di mana pada saat pasar bergejolak ketika libur lebaran, hal yang sama terjadi pada emas.
Menurut Jahja,pada tanggal 8-9 April 2025 turun cukup besar, tetapi begitu tanggal 10-11 langsung rebound . Bahkan, sempat mencapai rekor level tertinggi US$ 3.499 per troy ounce. Namun, hingga Rabu, 23 April 2025 kembali terjadi koreksi.
"Ini para spekulan dan bandar-bandar melihat ini waktu untuk hajar buat dapat cut loss banyak ya, dihajar sampai kalau nggak salah bahkan sampai US$ 3.290 lebih, lowest in this morning . Tapi tren line -nya gold tetap up trend , ini koreksi karena overbought luar biasa di market ," jelas Jahja.

Sumber : investor.id