Muncul Ramalan Baru Saham BBRI, Diungkit soal Dividen Interim
Tuesday, September 30, 2025       13:44 WIB

JAKARTA, investor.id -Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk () atau BRI diparkir minus 1,26% ke Rp 3.930 pada akhir sesi I perdagangan Selasa (30/9/2025). Saham diperdagangkan di rentang Rp 3.930-3.980.
Tercatat sejumlah 59,88 juta saham BRI diperdagangkan, frekuensi 16.739 kali, dan nilai transaksi Rp 236,73 miliar. Berdasarkan data pada aplikasi Stockbit Sekuritas, saham membukukan net sell Rp 39,6 miliar per akhir sesi I.
Saham pada perdagangan Senin (29/9/2025) kemarin juga ditutup memerah 1,49%. Di mana asing membukukan net sell Rp 88,39 miliar. Sepanjang pekan lalu, saham ini juga selalu memerah.
Mandiri Sekuritas menyebutkan laba bank  only BRI () turun 10% yoy pada 8M25, didorong oleh kenaikan biaya kredit menjadi 3,2% pada Agustus 2025.
"Ke depannya, manajemen operasional yang lebih ketat, pemulihan pendapatan yang lebih kuat, kontribusi dari Pegadaian, dan biaya pendanaan yang lebih rendah di tengah ekspektasi penurunan suku bunga acuan lebih lanjut akan mendukung pemulihan laba ," sebut Mandiri Sekuritas dalam Investor Digest, Selasa (30/9/2025).
Dividen Interim dan Target Harga Saham
Menurut Mandiri Sekuritas, katalis jangka pendek adalah pembayaran dividen interim pada Desember 2025. Broker tersebut mempertahankan rekomendasi buy saham BRI dengan target harga Rp 4.400.
Bank Rakyat Indonesia () atau BRI mencatatkan laba bersih bank only sebesar Rp 4 triliun pada Agustus 2025 (-16% yoy, +6% mom).
Sebagaimana dikutip dari ulasan Stockbit Sekuritas, hasil tersebut membuat laba bersih bank only selama 8M25 mencapai Rp 32,6 triliun (-10% yoy), setara 57% estimasi konsolidasi 2025F konsensus (vs. 8M24: 60% realisasi konsolidasi 2024).
"Penurunan laba bersih pada Agustus 2025 disebabkan oleh lemahnya non-interest income (-25% yoy) -- yang menekan pre-provision operating profit -- dan kenaikan beban provisi (+34% yoy)," ungkap Stockbit Sekuritas dalam ulasannya, Selasa (30/9/2025).
Sementara itu, penurunan laba bersih selama 8M25 didorong oleh kenaikan opex (+7% yoy) dan beban provisi (+7% yoy).Per Agustus 2025, pertumbuhan kredit berada di level +6% yoy, di bawah guidance 2025F di kisaran +7-9% yoy.

Sumber : investor.id