Nilai Tukar Rupiah Hari Ini, Jumat 15 Agustus 2025: Terpangkas
Friday, August 15, 2025       09:30 WIB

JAKARTA, investor.id -Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpangkas pada Jumat (15/8/2025). Pelemahan ini tertekandata inflasi produsen AS yang lebih tinggi dari perkiraan.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.11 WIB di pasar spot exchange, Rupiah hari ini terpangkas sebesar 32 poin (0,2%) ke level Rp 16.147 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terlihat turun 0,15% di level 98,1.
Sedangkan pada perdagangan Kamis (14/8/2025), mata uang rupiah sempat menguat pesat sebesar 87 poin (0,54%) ke level Rp 16.115.
Dikutip dari Reuters, Dolar AS mempertahankan kenaikan sesi sebelumnya pada Jumat (15/8/2025) setelah data inflasi produsen AS terbaru yang lebih tinggi dari perkiraan membuat pelaku pasar memangkas taruhan pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Euro dan poundsterling stabil terhadap dolar setelah masing-masing melemah 0,5% dan 0,3% pada Kamis (14/8/2025). Sementara yen Jepang terlihat naik 0,3% menjadi 147,395 per dolar pada hari ini menyusul data PDB kuartal II yang lebih kuat dari perkiraan.
Pasar semalam dikejutkan oleh data harga produsen AS yang mencatat kenaikan tercepat dalam tiga tahun pada Juli, dipicu lonjakan biaya barang dan jasa. Kondisi ini mengindikasikan tekanan inflasi yang lebih luas dan berpotensi menjadi dilema bagi The Fed.
Lonjakan inflasi produsen ini muncul setelah data inflasi konsumen awal pekan yang lebih terkendali, yang sempat memicu ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter dan mengangkat harga aset berisiko. Peluang pemangkasan suku bunga 25 bps oleh The Fed pada September sedikit menyusut berdasarkan CME FedWatch Tool, sementara ekspektasi pemangkasan besar 50 bps yang sempat muncul hilang sepenuhnya.
Pemangkasan The Fed
Kepala Riset Pepperstone Chris Weston mengatakan, data inflasi produsen ini memang layak mendorong kenaikan yield jangka pendek dan menguatkan dolar AS. "Namun, pemangkasan The Fed 25 bps di September masih menjadi skenario utama," jelasnya.
Yield obligasi AS tenor 2 tahun stabil di 3,7262% pada perdagangan awal Asia setelah naik 5 bps. Yield obligasi 10 tahun berada di 4,2849% setelah kenaikan serupa.
Kepala Ekonomi Internasional Commonwealth Bank of Australia Joseph Carpuso menilai, kombinasi inflasi tinggi dan pertumbuhan lapangan kerja yang lemah menjadi dilema bagi The Fed. Ia memperkirakan Ketua The Fed Jerome Powell akan membahas isu ini pada pidatonya pekan depan di konferensi tahunan bank sentral di Jackson Hole, Kansas City Fed.
Pernyataan itu akan disampaikan di tengah data yang menunjukkan dampak tarif impor terhadap inflasi AS, sementara pasar tenaga kerja juga melambat.
Alex Hill, Direktur Pelaksana Electus Financial Ltd di Auckland, mengatakan pasar "menunggu pemicu volatilitas" dan memperkirakan "perlahan-lahan akan ada pelemahan data AS," mengacu pada tren pasar tenaga kerja yang melemah dan inflasi yang kembali naik. Faktor penting bagi dolar AS, kata Hill, adalah bagaimana pasar obligasi mencerna peningkatan penerbitan utang pemerintah pada September dan Oktober.
Dalam waktu dekat, perhatian pasar juga tertuju pada pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska, Jumat ini. Trump mengatakan pada Kamis bahwa ia percaya Putin siap mengakhiri perang di Ukraina, meski perdamaian kemungkinan memerlukan pertemuan kedua yang melibatkan pemimpin Ukraina.

Sumber : investor.id