Nilai Tukar Rupiah Hari Ini, Rabu 23 April 2025: Kembali Tergelincir
Wednesday, April 23, 2025       09:28 WIB

JAKARTA, investor.id - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali tergelincir pada Rabu pagi (23/4/2025). Hal itu karena Presiden AS Donald Trump menyatakan tidak berniat memecat Ketua The FedJerome Powell.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.08 WIB di pasar spot exchange, Rupiah melemah 9 poin (0,05%) ke level Rp 16.868,5 per dolar AS. Sedangkan pada perdagangan Selasa (22/4/2025), mata uang rupiah sempat ditutup melemah 53 poin (0,32%) berada di level Rp 16.859,5 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar terpantau naik 0,16 poin menjadi 99,08. Sedangkan imbal hasil obligasi AS 10 tahun terlihat naik 9 poin di level 4,34%.
Dikutip dari Reuters, nilai tukar dolar AS melonjak tajam terhadap sejumlah mata uang utama pada Rabu (23/4/2025) pagi waktu Asia. Penguatan ini terjadi setelah Trump menyatakan tidak berniat memecat Powell, meski sebelumnya sempat melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan suku bunga.
Sebelumnya, pasar keuangan sempat terguncang akibat serangkaian serangan verbal dari Trump terhadap Powell sepanjang akhir pekan Paskah. Trump menuding Powell gagal menurunkan suku bunga sejak dirinya kembali menjabat pada Januari lalu, yang memicu kekhawatiran soal independensi bank sentral AS.
Namun, pada Selasa malam (22/4/2025) waktu setempat, Trump melunak. "Saya tidak berniat memecatnya. Saya hanya ingin dia lebih proaktif dalam menurunkansuku bunga," demikian pernyataan Trump di Oval Office.
Pernyataan tersebut langsung mendongkrak nilai tukar dolar AS. Pada perdagangan pagi waktu Asia, dolar menguat 0,75% terhadap yen Jepang menjadi 142,68 dan naik 0,7% terhadap franc Swiss ke posisi 0,8249. Euro juga melemah 0,49% ke level US$ 1,1363 per euro.
Sehari sebelumnya, dolar sempat berada di level terendah multi-tahunan terhadap euro dan franc Swiss. Yen bahkan mencapai titik tertinggi tujuh bulan akibat aksi jual aset AS yang dipicu oleh kekhawatiran perang dagang dan tekanan politik terhadap The Fed.
Selain itu, sentimen pasar juga didorong oleh pernyataan optimistis dari Trump dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent terkait hubungan dagang AS-China. Keduanya mengisyaratkan bahwa ketegangan perdagangan bisa mereda dan kesepakatan yang dihasilkan nantinya berpotensi memangkas tarif secara signifikan.
Manuver Trump
Analis pasar senior dari City Index Matt Simpson mengatakan, manuver Trump ini menjadi angin segar bagi pasar, karena memperkecil peluang penggantian Powell dengan sosok yang lebih dovish. "Namun isu utama tetap soal perdagangan, karena arah tarif akan menentukan nasib ekonomi dan suku bunga AS ke depan,"ujarnya.
Bessent dalam presentasinya kepada investor di konferensi JPMorgan mengatakan,baik AS maupun China tidak melihat status quo sebagai situasi yang dapat dipertahankan. Ia juga menegaskan bahwa tujuan pemerintahan Trump bukan untuk memutus hubungan ekonomi dengan China sepenuhnya.
Sementara itu, Trump menambahkan bahwa kesepakatan dagang yang sedang dirumuskan 'akan memangkas tarif secara substansial' dari level saat ini. Meski begitu, ia menegaskan bahwa tarif tidak akan menjadi nol.
"Pernyataan Trump soal Powell membantu meredakan kekhawatiran pasar akan kesalahan kebijakan besar jika Ketua The Fed benar-benar diganti.Pasar kini makin terbiasa dengan gaya Trump yang sering membuat pernyataan kontroversial lalu berbalik arah seolah tak terjadi apa-apa," jelasKepala Riset Pepperstone Chris Weston.
Di pasar mata uang lainnya, pound sterling turun 0,39% ke US$ 1,3281. Dolar Australia naik 0,3% ke US$ 0,6385, sementara dolar Selandia Baru menguat tipis 0,11% menjadi US$ 0,597.
Di pasar kripto, harga Bitcoin melonjak 2,7% ke level US$ 93.671,97, menembus angka US$ 90.000 untuk pertama kalinya sejak Maret.

Sumber : investor.id