Sinyal Tarik Cuan Tebal dari Saham BBCA
Thursday, April 24, 2025       19:32 WIB

JAKARTA, investor.id- PT Bank Central Asia Tbk () atau BCA mencatatkan laba bersih Rp 14,1 triliun pada kuartal I-2025, tumbuh 9,8% yoy atau 2,8% qoq. Laba tersebut relatif sejalan dengan ekspektasi, karena mencapai 24% dari estimasi konsensus 2025.
Pertumbuhan laba bersih BCA didorong oleh kinerja operasional yang solid. Net  i  nterest  i  ncome (NII) naik 7% yoy, biaya operasional ( opex ) terjaga dengan kenaikan hanya 3% yoy, sehingga p  re-provision  o  perating  p  rofit ( PPOP ) meningkat 10% yoy.
"Di sisi lain, kualitas aset mengalami penurunan dan itu menjadi perhatian kami," tulis Stockbit Sekuritas dalam ulasannya, yang dikutip pada Kamis (24/4/2025).
Adapun total kredit BCA masih tumbuh kuat sebesar 13% yoy pada kuartal I-2025 dibandingkan 2024 yang sebesar 14% yoy. Namun, manajemen BCA menjelaskan bahwa hasil tersebut terdorong oleh lonjakan pinjaman money market jangka pendek.
Jika mengesampingkan itu, pertumbuhan kredit emiten berkode saham tersebut sekitar 10% yoy, mulai mendekati guidance 2025 dari manajemen di kisaran 6-8% yoy.
Selain pertumbuhan kredit, kenaikan yang solid sebesar 8% yoy juga berkontribusi pada pertumbuhan NII sebesar 7% yoy, dengan NIM mencapai 5,8%. Hasil itu sejalan dengan guidance . Rasio berada di level 82,9% per kuartal I-2025, naik secara tahunan maupun kuartalan.
Manajemen BCA (), menurut Stockbit, bakal cenderung lebih berhati-hati dalam mengucurkan pembiayaan, yang mengimplikasikan pertumbuhan kredit akan termoderasi hingga akhir 2025.
Perlambatan pertumbuhan kredit diharapkan bisa terkompensasi dengan peningkatan loan yield , dimana manajemen melihat ada ruang untuk melakukan loan repricing .
Sementara itu, kualitas aset mengalami penurunan. NPL naik menjadi 2% pada kuartal I-2025 dibandingkan kuartal I-2024 yang sebesar 1,9% dan kuartal IV-2024 sebesar 1,8%.
LAR juga naik secara kuartalan menjadi 6% dibandingkan kuartal I-2024 yang sebesar 6,6% dan kuartal IV-2024 sebesar 5,3%. Cost of credit (CoC) sebesar 0,5% dibandingkan kuartal I-2024 yang sebesar 0,4% dan kuartal IV-2024 sebesar -0,1%. Itu lebih tinggi dibandingkan guidance 2025 dari manajemen di level 0,3%.
"Manajemen menjelaskan bahwa kenaikan NPL terkait dengan debitur dari sektor tekstil, sedangkan kenaikan LAR disebabkan oleh restrukturisasi debitur dari sektor mineral," ungkap Stockbit.
Manajemen menjelaskan bahwa restrukturisasi itu hanya akan berlangsung singkat dalam beberapa bulan dan akan selesai pada kuartal II-2025.
Potensi Cuan Tebal Saham
Secara keseluruhan, menurut Stockbit, manajemen menyatakan bahwa kondisi kualitas aset masih cukup manageable , sehingga mereka belum memutuskan untuk merevisi naik guidance CoC tahun ini.
"Secara umum, kami menilai kinerja pada kuartal I-2025 masih tergolong solid. Di sisi lain, eksposur langsung terhadap sektor atau bisnis yang melakukan ekspor ke AS sekitar 2% dari total kredit," pungkas Stockbit.
Sementara itu, Macquarie mengungkapkan bahwa hal positif dari kinerja keuangan per Maret 2025 tersebut adalah dana murah () yang naik 7% secara tahunan. Perseroan bahkan bisa menurunkan bunga deposito berjangka sebesar 25 basis poin (bps).
"Pengendalian biaya sangat kuat, terlihat pada cost to income ratio (CIR) sebesar 34% dan kenaikan biaya operasional hanya 2%," tulis Macquarie dalam risetnya.
Namun, broker asing ini mencatat, NIM turun 1% secara kuartalan. Adapun loan at risk (LAR) naik menjadi 6% dibandingkan kuartal IV-2024 sebesar 5,3%. Ini dipicu restrukturisasi kredit di industri pertambangan dan manajemen berharap kondisi kembali normal pada kuartal II-2025.
Tahun ini, Macquarie memperkirakan pendapatan bunga bersih mencapai Rp 90,1 triliun dengan laba bersih Rp 60,6 triliun, dibandingkan realisasi 2024 masing-masing Rp 82,2 triliun dan Rp 54,8 triliun.
Macquarie mempertahankan rekomendasi outperform untuk saham dengan target harga Rp 11.175. Dengan begitu, potensi cuan saham terbilang tebal mencapai 31,8%, jika mengacu pada harga saat ini.

Sumber : investor.id