Wall Street Kompak Menguat, Harapan Baru dari Mahkamah Agung AS
Thursday, November 06, 2025       09:17 WIB

NEW YORK , investor.id -Indeks-indeks saham Wall Street kompak menguat pada penutupan perdagangan Rabu (5/11/2025), setelah Mahkamah Agung Amerika Serikat (AS) memberikan sinyal skeptis terhadap kebijakan tarif impor era Presiden Donald Trump.
Sementara itu, saham-saham berbasis kecerdasan buatan (AI) kembali bangkit dipimpin oleh Advanced Micro Devices (AMD).
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 225,76 poin (0,48%) menjadi 47.311,00. Sementara S&P 500 menguat 0,37% ke 6.796,29 dan Nasdaq Composite terkerek 0,65% ke 23.499,80.
Fokus investor tertuju pada sidang Mahkamah Agung yang membahas legalitas tarif impor yang diberlakukan Trump berdasarkan International Emergency Economic Powers Act (IEEPA). Dalam sidang tersebut, para hakim, baik dari kubu konservatif maupun liberal, mempertanyakan dasar hukum kebijakan tarif tersebut.
Sinyal skeptis dari para hakim tersebut membuat pasar memprediksi kemungkinan sebagian bea masuk itu akan dicabut. Saham produsen otomotif Ford dan General Motors, yang selama ini sensitif terhadap isu tarif, masing-masing naik lebih dari 2%, sementara Caterpillar menguat hampir 4%.
"Kita masih melihat perdebatan panjang soal efektivitas kebijakan tarif ini. Dampaknya baru akan terlihat pada kuartal pertama tahun depan, jadi investor masih menunggu kejelasan," ujar Chief Market Strategist di Osaic Phil Blancato.
Saham AI Bangkit
Saham AMD yang sempat dibuka melemah justru berbalik arah dan ditutup naik 2,5% setelah melaporkan kinerja kuartal III yang melampaui ekspektasi pasar. Kenaikan AMD ikut mendorong saham-saham AI lain seperti Broadcom yang loncat 2% dan Micron Technology melesat 9%. Oracle juga ikut rebound setelah terkoreksi di sesi sebelumnya.
Namun, tidak semua saham AI bernasib baik. Palantir masih turun lebih dari 1%, memperpanjang pelemahan setelah anjlok 8% sehari sebelumnya akibat kekhawatiran valuasi yang terlalu tinggi. Sementara Super Micro Devices merosot 11% usai laporan laba mengecewakan, dan Arista Networks jatuh hampir 9%.
"Pasar AI kini terbelah antara pemenang dan pecundang. Valuasi yang terlalu tinggi membuat investor harus lebih selektif dalam memilih saham AI. Perdagangan AI mulai kehilangan momentumnya," jelas Blancato.
Di sisi makro, data ketenagakerjaan ADP dan indeks sektor jasa ISM yang lebih kuat dari perkiraan menunjukkan ekonomi AS masih solid. Namun, data ini justru mendorong kenaikan imbal hasil obligasi, mengingat investor menimbang kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya pada Desember mendatang.
"Data ADP menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih sangat kuat, menandakan ekonomi belum menuju resesi. Ini sinyal positif, tapi valuasi pasar sudah tinggi, sehingga tanpa katalis baru, pasar cenderung bergerak mendatar," tambah Blancato.

Sumber : investor.id

berita terbaru
Saturday, Dec 06, 2025 - 16:20 WIB
Kepemilikan Saham 30 November 2025 MPIX
Saturday, Dec 06, 2025 - 16:09 WIB
Kepemilikan Saham 28 November 2025 BINO
Saturday, Dec 06, 2025 - 16:02 WIB
Kepemilikan Saham 30 November 2025 BANK
Saturday, Dec 06, 2025 - 13:59 WIB
Kepemilikan Saham 30 November 2025 IPCM
Saturday, Dec 06, 2025 - 13:52 WIB
Kepemilikan Saham 30 November 2025 BSML
Saturday, Dec 06, 2025 - 12:59 WIB
Kepemilikan Saham 30 November 2025 ALII
Saturday, Dec 06, 2025 - 11:19 WIB
Kepemilikan Saham 30 November 2025 NRCA
Saturday, Dec 06, 2025 - 11:12 WIB
Kepemilikan Saham 30 November 2025 MCOL