Amerika Kaji Pelonggaran Sanksi Iran, Minyak Anjlok Dua Persen
Thursday, September 12, 2019       04:17 WIB

Ipotnews - Harga minyak anjlok lebih dari 2%, Rabu, setelah laporan Presiden Trump mempertimbangkan pelonggaran sanksi terhadap Iran, yang dapat meningkatkan pasokan minyak mentah global di tengah kekhawatiran tentang perlambatan permintaan energi global.
Pelaku pasar mengutip laporan dari  Bloomberg  bahwa Presiden Donald Trump membahas pelonggaran sanksi terhadap Teheran untuk membantu mengamankan pertemuan dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, bulan ini.
Dilaporkan  Bloomberg , yang dikaitkan dengan tiga narasumber yang tidak disebutkan namanya, mengatakan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton pada saat itu menentang langkah tersebut.
Harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup USD1,57, atau 2,5% lebih rendah, menjadi USD60,81 per barel setelah jatuh serendahnya ke level USD60,52, demikian laporan  Reuters , di New York, Rabu (11/9) atau Kamis (12/9) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, merosot USD1,65, atau 2,9%, untuk mengakhiri sesi di level USD55,75 per barel setelah meluncur ke tingkat terendah USD55,61.
Kepergian Bolton menghilangkan salah satu pendukung garis keras terkuat terkait Iran dari Gedung Putih.
"Alasan pasar bereaksi secara dramatis adalah bahwa  overhang bearish  terbesar di pasar kemungkinan masuknya kembali minyak Iran," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago. "Kita menyadari betapa besar dampaknya terhadap pasar akhir tahun lalu ketika Trump memberikan keringanan kepada pembeli minyak Iran."
"Kepergian Bolton menunjukkan bahwa mungkin minyak Iran akan kembali ke pasar, mungkin pada akhir tahun."
Iran tidak akan bernegosiasi dengan Amerika Serikat ketika sanksi terhadap Teheran masih diimplementasikan oleh Washington, tutur Rouhani kepada Presiden Prancis, Emmanuel Macron, melalui telepon, Rabu, media pemerintah Iran melaporkan.
"Harga minyak melemah di tengah kekhawatiran bahwa Amerika dapat melonggarkan sikapnya terhadap Iran, yang bisa mendorong minyak Iran kembali ke pasar jika sanksi AS terhadap Iran berkurang," kata analis UBS Giovanni Staunovo.
"Keputusan ini akan membuat target OPEC + untuk menjaga keseimbangan pasar minyak menjadi lebih menantang pada 2020."
Harga minyak menguat sepanjang bulan ini, didukung oleh penurunan persediaan global dan tanda-tanda meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
Harga meningkat minggu ini setelah Pangeran Abdulaziz bin Salman, Menteri Energi Arab Saudi yang baru, mengatakan kebijakan minyak tidak akan berubah dan menegaskan kesepakatan pengurangan produksi OPEC + akan dipertahankan.
Secara terpisah, Badan Informasi Energi (EIA) AS mengatakan stok bensin domestik turun kurang dari perkiraan minggu lalu, sementara stok minyak mentah jatuh ke level terendah dalam hampir setahun.
"Stok bensin turun 682.000 barel, kurang sedikit dari ekspektasi, sementara stok produk sulingan di luar dugaan meningkat 2,7 juta barel," kata Carsten Fritsch, analis Commerzbank AG di Frankfurt, Jerman.
OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia pada 2020 karena perlambatan ekonomi. EIA juga memangkas proyeksi permintaan minggu ini, dan sinyal pelambatan yang meningkat ditandai oleh pedagang minyak dan eksekutif yang menghadiri pertemuan industri di Singapura dan Abu Dhabi.
OPEC merujuk pada peningkatan produksi global tahun depan. Produksi mingguan AS melonjak ke rekor di 12,4 juta barel per hari sementara laporan bulanan dari EIA memperkirakan  output  menjadi rata-rata 13,23 juta barel per hari pada 2020. (ef)

Sumber : Admin