Analis Pertimbangkan Kembali Prospek Pelemahan Dolar ... Kebijakan The Fed Dipertanyakan
Wednesday, January 13, 2021       16:40 WIB

Ipotnews - Para analis mulai meragukan keyakinan mereka bahwa dolar akan terus melemah pada tahun ini. Pandangan yang lebih optimis terhadap ekonomi AS, mengacaukan ekspektasi salah satu pendorong utama penurunan  greenback  itu.
Mata uang AS turun 5% dalam dua bulan terakhir tahun lalu, dan banyak investor dan analis memperkirakan penurunan lebih lanjut pada tahun 2021. Namun reli dolar sebesar 1,2% pekan lalu menggoyahkan perekiraan tersebut. Pergerakan mata  emerging marke,  yang berkinerja baik dalam beberapa bulan terakhir, juga menghadapi gangguan  rebound  dolar.
Perubahan tersebut memunculkan keraguan tentang apakah Federal Reserve akan tetap mempertahankan kebijakan suku bunga rendah, mengingat menguatnya harapan akan pemulihan ekonomi AS.
"Saat dolar menjadi lebih bearish  tahun lalu, kami mengatakan inilah saatnya untuk mengkonsolidasikan tren penurunan dolar dan keuntungan [taruhan negatif dolar terhadap euro]," kata George Saravelos, kepala riset mata uang Deutsche Bank, London.
Setelah kemenangan Senat Demokrat di Georgia pada 5 Januari lalu, investor memperkirakan paket pengeluaran yang lebih besar dari pemerintah AS, dibanding sebelumnya - sebuah langkah yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, kabar positif tentang vaksinasi virus korona telah mendorong harapan pemulihan yang lebih tinggi.
"Kemenangan Demokrat di Georgia akan memberikan stimulus awal yang sangat besar dalam beberapa bulan mendatang, sama halnya seperti pembukaan kembali ekonomi AS," imbuh Saravelos,seperti dikutip Financial Times, Rabu (31/1).
Pasar obligasi juga bersiap untuk stimulus fiskal yang lebih merangsang pertumbuhan. Markus Allenspach, kepala penelitian pendapatan tetap di Julius Baer mengatakan, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, mencerminkan harga yang lebih rendah, dengan risiko bahwa suku bunga The Fed akan naik lebih cepat dari yang diekspektasikan.
"Pertumbuhan yang lebih tinggi diterjemahkan ke dalam lapangan kerja yang lebih baik, kembali ke kekuatan inflasi dan pada akhirnya tekanan yang lebih sedikit kepada Federal Reserve untuk menjaga tingkat pembiayaan tetap rendah secara artifisial," kata Allenspach.
Paul Meggyesi, kepala penelitian mata uang global di JPMorgan, mengatakan salah satu pendorong utama pelemahan dolar adalah keyakinan bahwa The Fed akan membiarkan inflasi melebihi targetnya. Tapi kini investor sudah tidak terlalu yakin.
"Kami ekspektasikan pasar akan mempertimbangkan kembali antusiasme The Fed untuk mendorong inflasi dalam menghadapi potensi  rebound  yang kuat dalam aktivitas pasca-vaksinasi [di paruh kedua tahun ini]," ujar Meggyesi.
Jeda dalam penurunan dolar telah memblokir kenaikan mata uang  emerging market  (EM), mengurangi antusiasme terhadap mata uang yang sangat sensitif terhadap risiko. James Lord, ahli strategi EM di Morgan Stanley menyebutkan bahwa bank telah menjadi netral terhadap mata uang yang sebelumnya bernilai tinggi.
Menurut Meggyesi, dolar mungkin telah lebih stabil baru-baru ini, namun terlalu dini untuk mengharapkan mata uang AS terus menguat. Ia mencatat imbal hasil masih rendah, dan asumsi tentang langkah Fed selanjutnya masih belum terbukti.
"Selama lingkungan global tetap positif dan ketidakpastian terus menurun, reli apa pun dalam dolar perlu dibatasi,"ungkap Saravelos dari Deutsche Bank. (Financial Times)

Sumber : Admin