Analis: Divestasi Tol Bisa Berpotensi Dongkrak Harga WSKT
Monday, March 04, 2019       18:09 WIB

Ipotnews - PT Waskita Karya Tbk () membukukan laba bersih Rp3,9 triliun naik tipis 2 persen (YoY). Pelemahan kinerja ini terkait pendapatan yang relatif lesu sebesar Rp48 triliun atau hanya naik 7 persen (YoY).
Sementara beban pokok penjualan sebesar Rp39 triliun tumbuh 11 persen melampaui pendapatan. Hal ini melemahkan laba kotor, turun sebesar 6 persen (YoY) menjadi Rp48 triliun pada periode tahun 2018 (FY18).
Selain itu pada FY18 beban lain-lain dan biaya financing naik masing-masing 248 persen (YoY) dan 126 persen (YoY) menjadi Rp423 miliar dan Rp2,4 triliun di periode FY18.
Alhasil marjin laba kotor, marjin operasional dan marjin laba bersih turun masing0masing 18 persen, 14 peren dan 81, persen. Bandingkan dengan periode FY17 yang mana masing-masing mencapai 21 persen, 16 persen dan 8,6 persen.
Secara triwulanan, laba bersih turun -68 persen (YoY) menjadi Rp236 miliar karena faktor penurunan pendapatan sebesar -6 persen (YoY) menjadi Rp12,5 triliun dan marjin bersih sebesar 1,9 persen. Sedangkan marjin bersih pada 3Q18 adalah 5,5 persen dan pada 4Q17 sebesar 7,9 persen.
Proyek Tol
Analis PT Indo Premier Sekuritas, Joey Faustian memperkirakan rasio utang terhadap equity masih tinggi sekitar 2,0 kali pada FY19 mengingat ketergantungannya pada proyek jalan tol yang butuh investasi dan modal kerja tinggi.
saat ini menerima kredit sindikasi Rp10 triliun untuk dialokasikan pada konstruksi proyek tol seksi Cibitung-Cilincing dan seksi Kiran-Legundi-Bunder-Mayar masing-masing Rp6,8 triliun dan Rp4 triliun.
Selain itu WKST mengamankan pekerjaan konstruksi proyek tol Jakarta-Cikampek Selatan Seksi II senilai Rp3 triliun. Jalan tol seksi tersebut akan memiliki panjang 28 km, dimulai dari Sadang hingga Taman Mekar.
Marjin Konstruksi
Indo Premier memangkas proyeksi laba pada 2019-2020 masing-masing 4 persen dan 1 persen. Diyakini biaya financing yang tinggi dan beban pokok masih akan seperti itu terus menerus dalam 2 tahun ke depan.
menorehkan marjin konstruksi yang lebih rendah sebesar 17,9 persen di FY18 bila dibandingkan pada FY17 yang sebesar 20,2 persen karena perseroan menurunan rate sebesar 37 persen jika dibandingkan pada FY17 yang sebesar 30 persen. Ini dilakukan untuk mengkompensasi pencapaian kontrak yang lebih rendah pada FY18.
Selain itu biaya financing diperkirakan masih tinggi di level kurang lebih Rp2,5 triliun pada FY19/2020F karena perseroan tidak dapat menjual portofolio jalan tolnya.
Valuasi
Analis Indo Premier mempertahankan rekomendasi Hold saham . Target price (TP) WKST turun menjadi Rp2000 per saham dari TP sebelumnya Rp2.100 per saham.
Rekomendasi Hold disematkan mengingat prospek laba WKST yang lemah karena beban rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang tinggi serta rasio order book terhadap revenue yang rendah hanya 2,6 kali. Rasio ini di bawah level sektor perusahaan sejenis yang mencapai 3,4 kali.
Saham saat ini ditransaksikan dengan rasio P/E 2019 sebesar 6,4 kali yang dipercaya merupakan fair value yang mendekati rata-rata 5 tahun secara historis sebesar 6,8 kali.
Penting dicatat bahwa proyeksi tersebut tidak termasuk divestasi jalan tol. Potensi kenaikan saham mungkin akan bersumber dari divestasi jalan tol perseroan.
(Riset Indo Premier Sekuritas)

Year To 31 Dec

2017A

2018A

2019F

2020F

2021F

Revenue (RpBn)

45,213

48,789

48,302

48,491

48,013

EBITDA (RpBn)

6,835

6,557

6,045

6,106

6,053

EBITDA Growth (%)

129.2

(4.1)

(7.8)

1.0

(0.9)

Net Profit (RpBn)

3,882

3,963

3,735

3,886

4,134

EPS (Rp)

286

292

275

286

305

EPS Growth (%)

126.6

2.1

(5.8)

4.1

6.4

Net Gearing (%)

166.2

182.4

170.6

158.2

138.0

PER (x)

6.6

6.5

6.9

6.6

6.2

PBV (x)

1.1

0.9

0.9

0.8

0.7

Dividend Yield (%)

2.0

3.0

2.0

2.9

3.1

EV/EBITDA (x)

9.2

11.9

12.7

12.8

12.5

 source: , Indo Premier ; Share Price Closing as of : 28-February-2018 


Sumber : admin

berita terbaru