Ancaman Tarif AS Bayangi Pasar, Jagung dan Kedelai CBOT Melorot
Monday, February 10, 2025       13:17 WIB

Ipotnews - Kontrak berjangka jagung, kedelai, dan gandum di Chicago Board of Trade melorot untuk sesi kedua berturut-turut, Senin setelah Presiden Donald Trump memperbarui peringatan tentang tarif yang akan segera diberlakukan, meningkatkan kekhawatiran akan pembalasan yang dapat merugikan penjualan tanaman pangan Amerika Serikat.
Harga kedelai yang paling aktif di Chicago Board of Trade ( CBOT ) turun USD4,25 atau 0,41% menjadi USD1.045,25 per bushel pada pukul 12.52 WIB, sementara jagung melemah USD4,25 atau 0,87% menjadi USD483,25 per bushel, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Canberra, Senin (10/2).
Minggu, Trump mengatakan akan memberlakukan tarif baru sebesar 25% bagi semua impor baja dan aluminium dan memberikan rincian lebih lanjut tentang rencana tarif timbal balik (resiprokal) pada Selasa atau Rabu pekan ini.
Ole Houe, analis IKON Commodities di Sydney, menyatakan pasar turun secara menyeluruh akibat tarif baja Trump. "Trader kini dapat melihat jalur yang lebih jelas untuk menurunkan pertumbuhan ekonomi di Amerika dan juga secara global. Ada harapan awal bahwa semuanya mungkin tidak ada apa-apanya, tetapi tampaknya jelas tarif akan tetap berlaku dan bahkan bertambah," kata Houe.
Sebelumnya, Trump menetapkan tarif sebesar 25% bagi Kanada dan Meksiko tetapi menundanya. Pungutannya terhadap China mendorong respons terukur dari Beijing, terutama menghindari tarif untuk produk pertanian, yang memberikan sedikit kelegaan bagi trader biji-bijian.
Di Amerika Selatan, cuaca yang membaik di daerah pertanian kering Argentina--eksportir bungkil kedelai dan minyak kedelai terbesar di dunia--serta panen kedelai yang lebih besar dari perkiraan di pemasok kedelai terbesar Brasil juga menekan harga kedelai dan jagung.
Hujan yang diperkirakan turun di wilayah tengah dan utara Argentina kemungkinan akan memberikan sedikit kelegaan bagi tanaman yang berjuang melawan kondisi kering.
Panen kedelai Brasil tahun 2024/25 kini diproyeksikan mencapai 174,88 juta metrik ton, naik dari estimasi sebelumnya, yakni 173,71 juta ton, menurut Safras & Mercado.
Trader juga menunggu laporan pasokan dan permintaan bulanan dari Departemen Pertanian AS yang akan dirilis Selasa.
Sementara itu, gandum menyusut USD4,00 atau 0,69% menjadi USD578,75 per bushel, sebagian dipicu permintaan yang lemah dan pengiriman yang melimpah dari wilayah Laut Hitam, meski ada ekspektasi pasokan yang lebih ketat.
Impor gandum global kemungkinan akan menurun tahun ini, dengan pembelian yang lebih lambat dari importir utama seperti China, yang membatasi harga gandum.
Trader tetap waspada terhadap cuaca dingin yang dapat merusak tanaman di Rusia dan Ukraina, sementara pembatasan ekspor Rusia dapat semakin memperlambat pengiriman gandum. (ef)

Sumber : Admin