Apa Yang Harus Dilakukan Ketika Belum Memiliki Perencanaan Pensiun?
Wednesday, January 08, 2025       18:44 WIB

Katakanlah Anda seorang karyawan yang saat ini berusia 55 tahun. Menurut peraturan pemerintah yang berlaku saat ini, Anda harus pensiun pada usia 59 tahun (4 tahun lagi)), tetapi Anda belum memiliki Perencanaan Pensiun ( retirement planning ) sama sekali.
Anggap saja dalam kasus ini Anda bekerja sebagai  engineer  yang tidak berhubungan sama sekali dengan masalah keuangan. Anda bahkan baru mengetahui tentang Perencanaan Keuangan ( financial planning ) dari situs web IPOTNEWS. Apa yang harus Anda lakukan?
Situasi yang saya ceritakan di sini adalah keadaan tipikal yang terjadi pada para pekerja (karyawan) dalam masyarakat kita, di mana seorang pekerja umumnya tidak mengetahui banyak hal di luar bidang kerjanya.
Sebagai seorang karyawan, Anda tentu akan diikut-sertakan dalam proram JHT (Jaminan Hari Tua) oleh perusahaan Anda bekerja. Mungkin Anda belum tahu bahwa besarnya iuran JHT yang dipotong dari gaji Anda setiap bulan dan disetorkan ke BPJS -TK adalah 5,7% dari gaji per bulan (2% dari pekerja + 3,7% dari pemberi kerja).
Uang iuran ini akan diinvestasikan oleh BPJS -TK (Badan Pengelola Jaminan Sosial-Tenaga Kerja) selama Anda bekerja dan hasilnya akan diberika kepada Anda pada waktu Anda pensiun.
Apakah dana JHT yang disimpan oleh BPJS -TK akan cukup untuk membiayai masa pensiun Anda?
Jika kita anggap dulu bahwa dana tersebut tidak berbunga, dalam setahun setidaknya ada 5,7% x 12 bulan 68,4% dari gaji per bulan. Di sini kita belum memperhitungkan bahwa gaji seorang karyawan di Indonesia minimal dibayar 13x, di mana gaji ke-13 adalah THR (Tunjangan Hari raya), hasil pengembangan dana oleh BPJS -TK yang sekarang dapat kita ketahui dengan masuk ke situs web BPJS -TK, dan kemungkinan adanya kenaikan gaji dalam setahun.
Jadi, dalam  setahun , Anda akan memperoleh 68,4% dari gaji Anda  sebulan  sebagai tunjangan hari tua. Jika dianggap bahwa Anda lulus kuliah S-1 pada usia 24 tahun, dan Anda tetap bekerja terus sampai pensiun pada usia 59 tahun, maka ada 35 tahun masa akumulasi dana pensiun Anda di dalam JHT.
Kalau kenaikan gaji Anda, dan tingkat pengembangan investasi JHT Anda lebih kecil daripada tingkat inflasi dan kenaikan gaya hidup Anda, maka dana yang terkumpul dalam JHT pasti tidak akan cukup. Belum lagi kalau memperhitungkan usia harapan hidup manusia yang terus bertambah setiap tahunnya. Bertambahnya usia harapan hidup berarti Anda membutuhkan Dana Pensiun yang lebih besar untuk membiayai masa pensiun.
Kami sendiri selalu berpendapat bahwa dana JHT hanyalah jumlah minimum yang harus ada berdasarkan peraturan yang berlaku. Jika Anda ingin menikmati masa pensiun Anda sesuai harapan yang Anda miliki, tentu Anda harus memiliki jumlah dana lebih banyak. Misalnya, Anda mungkin bercita-cita untuk memiliki usaha peternakan ayam di daerah Lembang (Jawa Barat), atau Anda mungkin pada waktu pensiun nanti ingin relokasi ke daerah wisata di Ubud Bali.
Memperkirakan besarnya dana pensiun yang dibutuhkan seseorang, tentu membutuhkan data yang lebih banyak dan perhitungan yang lebih detail yang tidak dapat kami sajikan di sini. Saat ini, kami hanya ingin menunjukkan bahwa jika Anda akan segera pensiun, tetapi Anda belum mempunyai perencanaan pensiun ( retirement planning  dan  retirement income planning ) sama sekali, maka Anda sebenarnya dalam hal ini tidak sendirian, bahkan jika Anda membandingkan kondisi Anda dengan pekerja di Amerika Serikat, misalnya.
Dalam Annual Retirement Study yang dipublikasikan oleh Allianz Life Insurance pada tanggal 29 bulan Oktober 2024 lalu, kita dapat mengetahui beberapa hal yang sangat menarik. Bahkan, untuk negara maju seperti Amerika Serikat yang tingkat literasi keuangannya sering kita jadikan rujukan, ditemukan bahwa para pekerja di Amerika Serikat tidak memiliki rencana untuk membiayai masa pensiunnya ( Americans lack plans for retirement icome ).
Dalam studi tersebut terungkap bahwa banyak pekerja di Amerika Serikat yang tidak tahu dan cemas bagaimana mereka harus mengubah simpanan dana pensiunnya ( retirement savings ) menjadi pendapatan ( retirement income ).
Dalam studi tersebut, terungkap bahwa hanya 44% responden yang sudah memiliki rencana tentang bagaimana mendapatkan penghasilan pada masa pensiun. Dalam hal ini, menurut pendapat kami, studi ini agak bias karena menyatakan bahwa  Baby Boomers are more likely than Gen Ex's and Millenials to say that they have retirement income plan .
Kami katakana bahwa pendapat ini bias karena  Baby Boomers  adalah kelompok yang sudah mendekati pensiun dibandingkan  Gen Ex's , apalagi  Millenials , dan tidak akan kami bahas lebih jauh.
Di bagian lain, 48% responden merasa cemas bahwa mereka harus hidup dengan sangat hemat ( frugal life ) sehingga tidak dapat menikmati masa pensiunnya. Perasaan cemas ini tentu saja muncul dari kenyataan bahwa Dana Pensiun yang terkumpul ternyata jumlahnya sangat kecil dibandingkan dengan rencana pengeluaran pada masa pensiun.
Tentu saja, jika pada masa pensiun, Anda masih harus memikirkan setiap rupiah yang keluar dari kantong, maka Anda tidak akan dapat menikmati masa pensiunmu sebagaimana seharusnya ( retirement as golden period ).
Kemudian, 45% responden mengaku tidak mengerti bagaimana caranya untuk menarik simpanan pensiunnya ( retirement savings ) menjadi pendapatan pada masa pensiun ( retirement income ). Di Amerika Serikat, bagi seorang karyawan, simpanan dana pensiun ( retirement saving ) dapat berupa Dana Pensiun wajib atau  rule 401(k)  dan Dana Pensiun IRA ( Individual Retirement Account ) yang tidak wajib tetapi pekerja akan mendapat berbagai manfaat perpajakan jika menyimpan uang di dalam  IRA account .
Banyak pekerja yang tidak paham bagaimana caranya menarik simpanan pensiun ( retirement savings ), karena Dana Pensiun pekerja disimpan dalam bermacam akun  mutual fund  (reksadana) yang dibagi atas jenis-jenis  mutual fund  berbeda sehingga pada waktu pekerja pensiun dan harus memutuskan untuk menarik simpanan pensiun ( retirement savings ) menjadi pendapatan masa pensiun ( retirement income ) timbul masalah.
Sebelumnya, pada waktu masih aktif bekerja, pekerja hanya menyetorkan sejumlah uang tertentu setiap bulan, tetapi pada waktu pensiun  retiree  harus melakukan penarikan dana yang dia tidak tahu baik  dari akun yang mana, berapa jumlahnya, dan apakah dana itu akan terus ada selama retiree masih hidup. 
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS