BHP Meyakini Pemulihan Permintaan Baja dan Tembaga di Tengah Risiko Pertumbuhan Global dan Perang Dagang
Tuesday, February 18, 2025       07:51 WIB

Ipotnews - BHP melihat tanda-tanda pemulihan ekonomi di Tiongkok dan pemangkasan suku bunga bank sentral menghidupkan kembali permintaan baja dan tembaga, tetapi menandai risiko terhadap pertumbuhan global dari potensi ketegangan perdagangan, saaat mencatat laba semester pertama terendah dalam enam tahun.
Perusahaan tambang terdaftar terbesar di dunia pada hari Selasa (18 Februari) melaporkan laba yang dapat diatribusikan sebesar US$5,08 miliar untuk enam bulan yang berakhir Desember 2024, turun 23 persen dari tahun sebelumnya tetapi sedikit di atas estimasi konsensus Visible Alpha sebesar US$5,01 miliar.
Perusahaan tambang terdaftar terbesar di dunia menyuarakan nada optimis yang hati-hati tentang prospek permintaan untuk dua produk utamanya, bahan baku baja bijih besi, dan tembaga, yang telah tumbuh hingga mencapai hampir setengah dari labanya.
"Pemotongan suku bunga yang terus dilakukan oleh bank sentral diharapkan akan menghasilkan pemulihan permintaan baja dan tembaga di seluruh OECD (Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan) dalam waktu dekat," kata penambang tersebut.
"Namun, potensi ketegangan perdagangan menghadirkan risiko bagi pemulihan di negara-negara maju dan di seluruh dunia."
Permintaan untuk produk BHP tetap kuat meskipun ada ketidakpastian ekonomi dan perdagangan global, dengan tanda-tanda awal pemulihan di Tiongkok, kinerja ekonomi yang tangguh di AS, dan pertumbuhan yang kuat di India, kata kepala eksekutif Mike Henry.
Pendapatan operasional dasar untuk operasi tembaganya melonjak 44 persen menjadi US$5 miliar karena fundamental yang ketat, rencana stimulus Tiongkok, dan pemotongan suku bunga di Amerika Serikat membuat harga tembaga tetap tinggi.
Sebaliknya, pendapatan bijih besi turun 26 persen menjadi US$7,2 miliar karena harga realisasi rata-rata turun menjadi US$81,11 per metrik ton basah dari US$103,7 tahun lalu.
BHP mengumumkan dividen interim sebesar 50 sen AS per saham, sesuai dengan estimasi konsensus sebesar 50 sen AS per saham, tetapi di bawah 72 sen AS per saham yang diumumkan tahun lalu. (REUTERS)

Sumber : admin