BSI Mau Caplok BTN Syariah, Begini Progresnya
Thursday, February 02, 2023       10:44 WIB

Jakarta, detikfinance - Unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) rencananya akan dimerger dengan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) (). Rencana ini sudah bergulir sejak tahun lalu. Bagaimana progresnya?
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengungkapkan saat ini memang rencana tersebut bukan rahasia. "BSI diminta untuk melihat apakah kemungkinan UUS nya BTN ini bisa digabungkan dengan BSI," kata Hery dalam konferensi pers, Rabu (1/2/2023).
Dia mengungkapkan, memang merger ini adalah rencana lama yang ingin dikerjakan. Namun pemerintah memutuskan untuk menggabungkan seluruh bank umum syariah (BUS) milik bank BUMN .
"Saat itu kalau sekaligus dikerjakan, agak ruwet. Takut ganggu proses penggabungan BUS ini. Alhamdulillah sekarang sudah selesai, rapi dan tumbuh PR nya selesai itu," jelas dia.
Hery menyebut memang untuk menggabungkan UUS ini tidak semudah penggabungan BUS. "Karena masih campur, polanya harus spin off dulu, kemudian mereka (BTN) rapi-rapi dulu baru kemungkinannya mau gimana. Itu belum diputus oleh pemegang saham dan perkembangan lebih lanjut," jelas dia.
BSI saat ini memiliki core plan yang menargetkan bisa mencapai aset Rp 500 triliun tahun 2025. Per Desember 2022 aset BSI sudah mencapai Rp 306 triliun.
Nah dengan pertumbuhan yang signifikan ini ada dua yaitu dari organik dan non organik. Hery optimis capaian aset ini bisa tumbuh dengan pertumbuhan kredit lebih dari 22%.
"Kalau 2022 asetnya Rp 306 triliun, tumbuhnya 20% sudah Rp 60 triliun. Cukuplah 2025 Rp 500 triliun," jelasnya.
BSI telah memaparkan kinerja penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 261,49 triliun yang tumbuh 12,11% secara yoy, pembiayaan yang tumbuh 21,26% secara yoy menjadi Rp 207,70 triliun, kualitas pembiayaan yang terjaga baik tercermin dari non performing financing (NPF) Gross di level 2,42% serta peningkatan fee based income BSI Mobile mencapai Rp 251 miliar, tumbuh 67% secara yoy.
Untuk total pembiayaan BSI mencapai Rp 207,70 triliun, dengan porsi pembiayaan yang didominasi oleh pembiayaan konsumer sebesar Rp 106,40 triliun, tumbuh 25,94% secara yoy. Selain itu, pembiayaan wholesale sebesar Rp 57,18 triliun atau tumbuh 15,80% secara yoy dan pembiayaan mikro yang mencapai Rp 18,74 triliun, tumbuh 32,71% secara yoy.
(kil/hns)

Sumber : DETIK FINANCE

berita terbaru