Ipotnews - PT Mulia Boga Raya Tbk (

KEJU

) mengakui fluktuasi nilai tukar rupiah sangat berdampak terhadap kinerja keuangan perseroan.
Pasalnya, pengadaan bahan baku untuk produksi dominan diimpor, sehingga transaksi yang dilakukan bergantung pada dolar AS, sementara dari sisi penjualan, selama ini dominan untuk pasar domestik dengan menggunakan rupiah.
Direktur Utama

KEJU

, Indrasena Patmawidjaja, mengatakan susu segar sebagai bahan baku pembuatan keju masih harus diimpor demi memenuhi kebutuhan produksi. Sejauh ini, susu sapi yang diproduksi dari peternak lokal masih belum mampu memenuhi kebutuhan perseroan.
Tingginya porsi impor dengan serapan susu domestik mengharuskan perseroan mengalokasikan dolar dalam jumlah yang besar. Sementara di sisi lain, fluktuasi nilai tukar rupiah masih terus terjadi. Bahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar sempat anjlok 5,16% (year- to-date) atau berada di level Rp16.235 per dolar.
"Pergerakan kurs dolar ini benar menjadi tantangan kami, (kurs) dampaknya besar karena raw material kami adalah impor, sudah jadi pasti kami terdampak," kata Indrasena dalam paparan publik secara virtual, Rabu (24/4).
Di tempat yang sama, Direktur

KEJU

, Jeffry Halim, menambahkan untuk meminimalisir dampak fluktuasi nilai tukar rupiah, manajemen berupaya meningkatkan kapasitas usaha dengan menambah mesin produksi. Investasi mesin tersebut akan dikutip dari alokasi dana belanja modal yang dianggarkan tahun ini.
"Kami investasi beberapa mesin demi meningkatkan efisiensi biaya produksi. Kita tambah kapasitas sehingga ini bisa menurunkan biaya produksi untuk mitigasi biaya dolar yang naik," kata Jeffry. (Marjudin/ef)

Sumber : Admin