Berapakah Tingkat Penarikan Dana Pensiun yang Aman?
Tuesday, November 29, 2022       15:40 WIB

(...sehingga dana pensiun tidak habis selama kita masih hidup)
Pada artikel sebelumnya tentang asumsi-asumsi yang kita buat dalam perencanaan pensiun, kita telah membuat beberapa asumsi yang sangat menyederhanakan masalah, yaitu bahwa;
(1) dalam menghitung biaya-biaya selama masa pensiun, kita telah menganggap bahwa biaya-biaya  variable  dan tak terduga seperti biaya perawatan kesehatan selama masa pensiun telah ditanggung oleh asuransi kesehatan, (2) biaya-biaya yang porsinya sangat besar (dibandingkan pendapatan) seperti biaya perumahan tidak muncul lagi karena rumah sudah dimiliki lewat KPR, sementara utang bank jangka panjang (kredit KPR) telah dilunasi sebelum pensiun atau tak lama setelah pensiun, dan (3) tidak ada lagi biaya untuk perjalanan yang berarti, serta tidak ada biaya untuk membeli (mengganti) kendaraan bermotor yang saat ini dipergunakan.
Dalam perencanaan pensiun yang kita buat, biaya-biaya yang tersisa hanyalah;
(1) biaya pemeliharaan dan pajak atas rumah tinggal, (2) biaya makan sehari-hari, dan (3) biaya hobi dan bepergian ( traveling ). Kecuali biaya-biaya pemeliharaan dan pajak atas rumah tinggal, biaya-biaya makan sehari-hari dan biaya hobi dan bepergian bukanlah merupakan biaya yang telah tertentu ( fixed ) besarnya.
Sebaliknya, biaya-biaya ini, terutama biaya bepergian, merupakan fungsi dari jumlah dana yang tersedia. Semakin besar dana yang tersedia (untuk  traveling ), akan semakin mahal paket  traveling  yang diambil.
Sekarang, persoalan yang dihadapi pensiunan adalah berapa besar jumlah dana pensiun yang boleh ditarik setiap bulan sehingga dana pensiun tetap tersedia selama masa pensiun? Artinya, dana pensiun tidak boleh menjadi kosong sementara pensiunan masih hidup ( the retiree outlives his pension fund ).
Dalam contoh perencanaan pensiun yang kita buat, kita telah mengambil asumsi bahwa seseorang akan pensiun pada usia 60 tahun, dan akan tetap hidup selama 20 tahun setelah pensiun. Artinya pensiunan ini diasumsikan akan tetap hidup sampai usia 80 tahun.
Tetapi, bagaimana jika ia ternyata berumur sangat panjang dan tetap hidup sampai dengan usia 90 tahun atau bahkan lebih? Atau pasangan (istri) dari pensiunan ini ternyata berbeda usia cukup jauh, sehingga ketika suaminya telah meninggal pada usia 80 tahun, pihak istri masih hidup (belum terlalu tua)?
Walau memperoleh usia panjang merupakan berkah Tuhan YME, sebagai manusia beriman kita harus mempersiapkan keuangannya supaya usia panjang tidak menjadi masalah (karena kekurangan uang).
Untuk persoalan pertama, pensiunan berumur panjang, ada dua hal yang dapat kami sarankan. Pertama, dalam perencanaan pensiun, jumlah dana yang harus disiapkan sebelum pensiun ditambah untuk mencakup hingga usia 90 tahun, alih-alih usia 80 tahun. Kedua, alternatifnya, adalah membeli produk anuitas pada waktu pensiun. Jadi, pada waktu pensiun, uang yang berbentuk jumlah total ( lump sum ) diberikan ke perusahaan asuransi dan sebagai gantinya, perusahaan asuransi akan membayar sejumlah uang setiap bulan sampai pensiunan ini meninggal.
Untuk persoalan kedua, dimana pasangan (istri) berbeda usia cukup jauh dengan suaminya dan diperkirakan masih hidup pada saat pensiunan itu meninggal pada usia 80 tahun, maka kami menyarankan untuk setiap pensiunan memiliki polis asuransi jiwa, yang akan membayarkan sejumlah tertentu kepada ahli waris jika pensiunan meninggal dunia.
Dalam contoh perencanaan pensiun yang kita buat, besarnya pokok investasi yang dapat ditarik setiap tahun adalah maksimum sebesar 5% dari seluruh nilai pokoknya pada saat memasuki masa pensiun. Sementara itu, hasil pengembangan investasi yang boleh ditarik, besarnya tergantung pada tingkat pengembalian investasi pada tahun itu.
Yang menjadi persoalan sekarang adalah, tingkat hasil pengembalian investasi kadang-kadang kecil (atau di bawah tingkat inflasi), dan pada kasus lain, tingkat pengembalian investasi dapat pula negatif (rugi). Hal ini sering terjadi pada kasus investasi di surat-surat berharga seperti reksadana, saham, atau obligasi.
Di depan sebelumnya telah disinggung bahwa investasi pada efek bersifat ekuitas (saham) merupakan sarana yang baik untuk lindung nilai ( hedge ). Tetapi, mengingat sifat efek ekuitas yang sangat  volatile , efek ini sebaiknya hanya dibeli jika horizon investasi kita masih Panjang.
Dengan demikian, kami tidak menyarankan seorang pensiunan untuk berinvestasi pada efek saham setelah ia pensiun. Sebelum pensiun, seseorang disarankan untuk berinvestasi di instrumen saham, ketika horizon investasinya masih panjang.
Dengan berjalannya waktu, semakin mendekati usia pensiun, bobot investasi pada instrumen ekuitas harus makin dikurangi, diganti dengan investasi pada instrumen pendapatan tetap. Pada saat seseorang memasuki usia pensiun, sebaiknya bobot investasi di instrumen ekuitas sudah kecil sekali atau bahkan nihil, walaupun dikatakan bahwa efek ekuitas akan memberikan lindung nilai ( hedge ) terhadap inflasi.
Orang yang telah pensiun, horizon investasinya telah turun jauh, sehingga orientasi investasinya bukan lagi memperoleh hasil sebesar-besarnya tetapi mendapatkan keamanan investasi.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS