Bursa Pagi: Asia Dibuka Cenderung Melemah, Bayangi Potensi Laju IHSG
Monday, July 02, 2018       08:39 WIB

Ipotnews -Membuka pekan ini, di awal Juli, Senin (2/7), bursa saham Asia dibuka  mixed , dihantui kekhawatiran perang dagang akibat rencana AS menerapkantarif terhadap impor produk China senilai USD34 miliar mulai akhir pekan ini, Jumat (6/7). Hingga akhir pekan lalu sebagian besar bursa saham Asia melorot secara tahunan. Shanghai Composite anjlok 13,9%, Nikkei 225 turun 2,02%, dan Kospi melorot 5,73%.
Peerdagangan saham hari ini dibuka dengan mencatatkan kenaikan indeks ASX 200, Australia sebesar 0,14% didukung kenaikan harga saham sektor energi dan teknologi informasi, dengan sedikit perubahan pada saham sektor keuangan. Penguatan indeks berlanjut 0,09% (5,60 poin) di posisi 6.200,20 pada pukul 8:25 WIB.
Pada jam yang sama indeks Nikkei 225, Jepang bergerak melorot 0,27% (-59,68 poin) menjadi, setelah dibuka turun 0,23% terpengaruh kejatuhan harga saham sektor konsumsi dan utilitas. Harga saham sektor ritel tergelincir1,23% pada awal sesi. Indeks Kospi, Korea Selatan dibuka melemah 0,06% diwarnai penurunan indeks saham manufaktur, dan berlanjut anjlok 0,59% ke level 2.312,42.
Indeks Shanghai Composite, China dibuka turun 0,21% (-5,84 poin) menjadi 2.841,58, pasca rilis indeks PMI China periode Juni yang melemah menjadi 51,5, lebih rendah dari ekspektasi sebesar 51,6. Bursa saham Hongkong hari ini tutup, merayakan libur nasional.
Pembukaan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) pagi ini dihadapkan pada kecednerungan penurunan indeks di bursa saham Asia, menjelang rilis data inflasi BPS periode Juni. Akhir pakan lalu IHSG ditutup menguat 2,33% ke level 5.799. Sejumlah analis memperkirakan pergerakan IHSG hari ini masih berpotensi melanjutkan tren kenaikan jangka pendek kendati    dibayangi oleh tekanan efek kenaikan suku bunga acuan BI. Secara teknikal, beberapa indikator pergerakan indeks masih memperlihatkan potensi untuk melanjutkan  technical rebound. 
Tim Riset Indo Premier berpendapatmenguatnya indeks bursa global dan naiknya harga komoditas seperti minyak mentah, nikel, timah dan batubara serta keputusan BI untuk menaikan 7 DRRR sebesar 50 bps menjadi 5% diprediksi akan menjadi katalis positif untuk indeks harga saham gabungan. IHSG diprediksi akan kembali melanjutkan penguatannya dengan rentang  support  di level 5.690 dan  resistance  di 5.890.
Beberapa ekuitas yang perlu dicermati antara lain:
  • Saham : (Spec Buy, Support: Rp1.835, Resist: Rp2.110), (Spec Buy, Support: Rp850, Resist: Rp925), (Spec Buy, Support: Rp3.880, Resist: Rp4.170), (Spec Buy, Support: Rp6.750, Resist: Rp6.950).
  • ETF : (Spec Buy, Support: Rp492, Resist: Rp524), (Spec Buy, Support: Rp331, Resist: Rp351), (Spec Buy, Support: Rp489, Resist: Rp517).

Amerika Serikat dan Eropa
Perdagangan saham di bursa Wall Street akhir pekan lalu menutup semester pertama 2018 dengan menguat, secara mingguan masih mencatatkan pelemahan diwarnai kecemasan terhadap friksi perang dagang global. Indeks S&P 500secara kumulatif naik 1,7% sepanjang semesater I, Dow Jones naik 1,8 persen, kinerja terburuk sejak tahun 2010. Sedangkan Nasdaq melambung 8,8%. Namun secara mingguan indeks Nasdaq merosot 2,4%. Dow Jones dan S&P 500 turun masing-masing 1,3% secara mingguan.
Tekanan secara mingguan tersebut seiring perang tarif bea masuk impor AS dan beberapa mitra dagang. AS akan menerapkan bea masuk tambahan terhadap impor barang-barang asal China senilai sekitar USD34 miliar USD pada akhir pekan nanti, yang diperkirakan akan memicu respon balasan dari China. AS uga akan menerapkan tarif baru terhadap produk baja dan alumunium dari Kanada, yang dibalas dengan penerapan tarif terhadap barang impor AS senilai USD12,6 miliar.
  • Dow Jones Industrial Average menguat 0,23% (55,36 poin) menjadi 24.271.
  • Standard&Poor's 500 naik tipis 0,08% (2,06 poin) di posisi 2.718,37.
  • Nasdaq Composite bertambah 0,09% (6,62 poin) di level 7.510,30.

Harga ETF saham Indonesia ( EIDO ) di New York Stocks Exchange naik 2,91% menjadi USD22,97.
Bursa saham utama Eropa akhir pekan lalu juga ditutup menguat, menikmati jeda terhadap kekhawatiran perang dagang AS dengan sejumlah negara mitra dagangnya. Indeks European Stoxx 600 naik 0,81% menjadi 379,93, namun melorot 1,32% dibanding akhir pekan sebelumnya. Tetapi secara komulatif indeks Stoxx masih naik 2,4% sepanjang kuartal kedua. Kesepakatan para pemimpin Uni Eropa terkait isu imigrasi pada akhir pekan lalu menjadi pemicu penguatan euro, memicu  rebound  saham perbankan sebesar 0,6%.
Namun secara keseluruhan sektor perbankan masih membukukan penurunan sebesar 12% sepanjang tahun ini. Saham Deutsch Bank naik 1,8%, sedangkan saham sektor teknologi dan industri masing-masing melaju sekitar 1,6%. Saham Osram mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 6,5%. Data inflasi 19 negara di zona euro periode Juni mencatatkan laju tertinggi sepanjang tahun ini, mencapai 2%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 1,9%.
  • DAX 30 Frankfurt melonjak 1,06% (128,77 poin) ke level 12.306,00.
  • CAC 40 Paris melaju 0,91% (47,89 poin)ke posisi 5.323,53,
  • FTSE 100 London naik 0,28% (21,30 poin) menjadi 7.636,93.

Nilai Tukar Dolar AS
Nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia di pasar uang New York mengakhiri pekan lalu dengan membukukan penurunan, diwarnai penguatan tajam euro sebesar 0,84% terhadap dolar AS, ditopang kesepakatan tentang migrasi dalam KTT Uni Eropa. Negara-negara anggota Uni Eropa, atas dasar sukarela, akan mendirikan "pusat-pusat pengawasan" para migran yang mendarat di pantai Uni Eropa.
Rilis data pendapatan pribadi AS periode Mei memperlihatkan peningkatan USD60 miliar, atau 0,4%, sejalan dengan konsensus pasar.  Disposable personal income  (pendapatan pribadi yang siap dibelanjakan) meningkat USD63,2 miliar atau 0,4%, sementara belanja konsumsi pribadi meningkat USD27,8 miliar, atau 0,2%. Indeks dolar AS, yang mengukur kurs  greenback  terhadap enam mata uang negara maju, turun 0,88% menjadi 94,470. Namun secara keseluruhan indeks dolar melesat 5,5% sepanjang kuartal II, kenaikan triwulanan pertama sejak kuartal terakhir 2016.
Nilai Tukar Dolar AS di Pasar Spot

Currency

Value

Change

% Change

Euro (EUR-USD)

1.1683

0.0116

0.99%

Poundsterling (GBP-USD)

1.3209

0.0002

0.02%

Yen (USD-JPY)

110.66

0.18

0.16%

Yuan (USD-CNY)

6.6171

-0.0064

-0.10%

Rupiah (USD-IDR)

14325.00

-60.00

-0.42%

Sumber : Bloomberg.com, 29/6/2018 (ET)
Komoditas
Harga minyak mentah West Texas Intermediate dan Brent North Sea di bursa komoditas New York Mercantile Exchange dan London ICE Futures Exchanges akhir pekan lalu ditutup menguat, melanjutkan tren positif dampak sanksi AS terhadap Iran. Sanksi tersebut mengancam terjadinya penurunan volume pasokan global secara substansial, ketika pada saat yang sama terjadi kenaikan permintaan global. Iran merupakan negara produsen minyak terbesar kelima di dunia, memproduksi sebanyak 4,7 juta barel per hari atau hampir 5 persen dari produksi minyak global.
Pembeli utama minyak Iran seperti Jepang, India dan Korsel mengindikasikan bahwa mereka akan menghentikan impor minyak dari Iran jika sanksi AS diterapkan. Harga minyak WTI sempat mencapai USD74,46 per barel, tertinggi sejak Nopember 2014, dan ditutup dengan harga terbaik sejak sejak 24 Nopember 2014.
  • Harga minyak mentah berjangka WTI naik 70 sen (1%) menjadi USD74,15 per barel.
  • Harga minyak mentah berjangka Brent naik USD1,59 (2%) menjadi 79,44 per barel.

Harga emas di bursa berjangka COMEX New York Mercantile Exchange mengakhiri pekan lalu dengan menguat sekaligus mengakhiri penurunan beruntun empat hari, ditopang pelemahan dolar AS. Sehari sebelumnya, harga emas berjangka turun ke tingkat terendah dalam lebih dari enam bulan, didera oleh momentum penguatan dolar AS. Namun secara mingguan, harga emas masih melanjutkan penurunan selama 3 pekan berturut-turut, anjlok 1,4% pada pekan lalu. Harga emas di pasar spot bahkan turun 3,6% dibanding bulan lalu, mendekati penurunan bulanan terburuk sejak Novenber 2016.
  • Harga emas di pasar spot naik 0,45% menjadi USD1.253,55 per ounce.
  • Harga emas untuk pengiriman Agustus, naik USD3,5 (0,28%) menjadi USD1.254,5 per ounce.

(AFP, CNBC , Reuters)