Bursa Sore: Koreksi Harga Komoditas Makin Menambah Keterpurukan IHSG
Thursday, October 11, 2018       16:46 WIB

Ipotnews - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) terseret aksi jual masif di pasar global pada akhir perdagangan hari Kamis (11/10). IHSG melemah -2,02 persen (-118 poin) ke level 5.702.
Indeks LQ45 -2,33% ke leavel 893 poin. IDX30 -2,36% ke level 489 poin. Indeks JII -2,05% ke level 627. Indeks Kompas100 -2,36% ke level 1.147. Indeks Sri Kehati -2,63% ke posisi 332. Indeks Sinfra18 -2,84% ke level 297.
Saham-saham teraktif yang diperdagangkan adalah , , , , , dan .
Saham-saham top gainer LQ45: dan .
Saham-saham top loser LQ45: , , , , , dan .
Nilai transaksi yang terjadi mencapai Rp7,43 triliun dengan volume trading sebanyak 112,40 juta lot saham. Pemodal asing aksi jual bersih (net sell) senilai -Rp1,19 triliun.
Sektor aneka industri dan keuangan menjadi penekan utama laju IHSG . Kedua sektor tersebut melemah masing-masing -2,92 persen dan -2,68 persen.
Tim Riset PT Indo Premier Sekuritas menyebut terkoreksinya harga komoditas seperti minyak mentah, CPO, nikel dan batubara serta nilai tukar rupiah yang juga ikut tertekan menambah sentimen negatif di pasar.
Nilai tukar rupiah -0,21 persen ke level Rp15.235 (pukul 04:00 pm)
Bursa Asia
Market saham Asia terjun bebas ke level terendah dalam 19 bulan terakhir pada perdagangan hari Kamis (11/10) setelah market saham Wall Street melemah terburuk dalam 8 bulan terakhir dipicu aksi menghindari risiko yang meluas. Lonjakan indeks volatilitas pasar dan kecemasan akan saham-saham yang telah over valuasi menjadi mendium cepat penguatan dolar AS.
"Pasar saham dilanda aksi jual tajak disertai kekhawatiran tentang seberapa besar yield surat utang akan naik, peringatan dari IMF tentang risiko stabilitas keuangan dan ketegangan perang dagang yang terus berlanjut sehingga mendorong ketidakpastian," demikian kata Tim Riset ANZ seperti dikutip reuters.
Kejatuhan market global menyebabkan kerugian aset ratusan miliar USD. IMF menyatakan valuasi pasar saham telah melonjak tinggi secara ekstrim.
Indeks MSCI Asia Pasifik (tidak termasuk bursa saham Jepang) tumbang 3,8 persen bahkan sempat menyentuh penurunan terburuk sejak Maret 2017 di sesi pagi.
Di bursa saham Hong Kong, Indeks Hang Seng turun signifikan. Begitu juga dengan bursa saham China yang mana Indeks Shanghai dan Indeks Shenzhen, turun tajam. Indeks Shenzhen turun 6,445 persen. Pelemahan Indeks Shanghai adalah terburuk sejak Februari 2016.
Di bursa Taiwan, Indeks Taiex drop 6,31 persen.
Sementara itu Indeks ASX 200 (Australia) jatuh 2,74 persen disertai sebagian besar sektor saham di zona merah. Subsektor energi turun 3,75 persen, material 2,56 persen dan finansial 2,9 persen.
Tekanan juga terjadi di pasar saham Jepang. Indeks Nikkei 225 tumbang signifikan serta Indeks Topix turun 3,52 persen. Sedangkan Indeks Kospi di bursa Korsel, melemah 4,14 persen.
"Kenaikan yield surat utang pemerintah USA menjadi katalis utama aksi jual di pasar saham karena lonjakan yield menunjukkan nilai sekarang lebih rendah dari hak dividen yang akan datang dengan asumsi prospek perekonomian yang tidak berubah," kata Steven Friedman, Senior Ekonom pada BNP Paribas Asset Management. Menurut dia ada kemungkinan investor saham semakin cemas bahwa proyeksi the Fed akan menghambat ekspansi.
Presiden USA Donald Trump masih terus melancarkan kritik terhadap the Fed yang berniat melanjutkan kenaikan suku bunga meskipun terjadi turbulensi market. "The Fed melakukan kesalahan dengan kebijakan moneter ketat. The Fed telah bertindak gila," kata Trump. Kritik Trump tersebut telah memicu aksi jual secara tiba-tiba di pasar obligasi sekaligus mengantarkan yield naik ke level tertinggi dalam 7 tahun.
Indeks dolar AS di posisi 95,367 atau melemah. Nilai tukar yen ke posisi 112,22 terhadap dolar AS atau menguat. Sementara dolar Ausie di posisi $0,7076.
Perubahan yield juga mengguncang aliran dana keluar dari emerging market, khususnya tekanan terhadap yuan karena China berjuang melindungi diri dari perang dagang dengan USA. Hari Kamis ini, World Bank menyatakan sangat khawatir tensi perang dagang dan mengingatkan perlambatan ekonomi global jika terjadi eskalasi perang tarif.
Bank sentral China telah membiarkan yuan secara bertahap melemah, tembus level resisten psikologis 6,9000 sekaligus memicu spekulasi mendorong penguatan USD ke level 6,9377 (pukul 06:02 GMT). Di pasar onshore yuan diperdagangkan di posisi 6,9305 per USD (06:06 GMT) 65 poin lebih rendah dibanding penutupan di pasar onshore pada hari Rabu di level 6,9240.
Indeks Nikkei 225 (Jepang) -3,89% ke posisi level 22.590.
Indeks Hang Seng (Hong -3,54% ke level 25.266.
Indeks Shanghai (China) -5,22% ke posisi 2.583.
Indeks Straits Times (Singapura) -2,69% ke level 3.047.
Bursa Eropa
Market saham Eropa melemah di menit-menit awal perdagangan hari Kamis (11/10) pagi waktu setempat. Pasar saham Eropa ikut terseret sentimen aksi jual masif yang terjadi di bursa saham Wall Street.
Indeks FTSE 100 (Inggris) -1.62% ke level 7.030.
Indeks DAX (Jerman) -1.37% pada posisi 11.552.
Indeks CAC (Perancis) -1.68% di level 5.118.
Oil
Harga minyak melanjutkan pelemahan pada perdagangan hari Kamis (11/10) sore waktu Asia. Hal ini seiring tekanan pada pasar saham global disertai kejatuhan harga minyak terkait data persediaan minyak di USA yang telah meningkat lebih dari perkiraan.
Minyak Brent drop USD1,15 ke harga USD81,94 per barel (pukul 06:24 GMT). Harga minyak WTI melemah 91 sen ke harga USD72,26 per barel atau harga terlemah sejak 27 September.
(cnbc/awsj/reuters/mk)

Sumber : admin