Bursa Sore: Lonjakan US Treasury Ubah Pasar Asia Jadi Lemah, Pelemahan IHSG Tertahan
Tuesday, January 18, 2022       15:48 WIB

Ipotnews - IHSG terhindar dari pelemahan lebih dalam saat sesi sore berakhir pada perdagangan hari Selasa (18/1). IHSG tergelincir turun sebesar 0,47 persen (31 poin) ke level 6.614.
Indeks LQ45 -0,34% ke 944.
Indeks IDX30 -0,34% ke 505.
Indeks IDX80 -0,42% ke 131.
Jakarta Islamic Indeks (JII) -0,52% ke 552.
Indeks Kompas100 -0,43% ke 1.174.
Indeks Sri Kehati -0,10% ke 374.
Indeks SMInfra18 -0,15% ke 299.
Saham Top Gainers LQ45: , , , . , , .
Saham Top Losers LQ45: , , , , , , .
Saham Teraktif: , , , , , , .
Nilai transaksi Rp11,54 triliun. Volume perdagangan sebanyak 193,98 juta lot saham. Investor asing net buy Rp110,39 miliar. Rupiah down 0,08 persen terhadap USD di level Rp14.336 (03.30 PM).
Bursa Asia
Pasar saham Asia berubah arah ke zona negatif pada hari Selasa (18/1) di sesi sore karena imbal hasil Treasury AS dua tahun mencapai 1% untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun. Para investor menimbang risiko kenaikan suku bunga kebijakan Fed segera setelah Maret.
Pergantian sentimen terjadi setelah imbal hasil US Treasury tenor dua tahun, penentu ekspektasi suku bunga, naik di atas 1% untuk pertama kalinya sejak Februari 2020. Imbal hasil berada di 1,0364% pada perdagangan sesi sore di pasar Asia. Sedangkan benchmark yield US Treasury tenor 10 tahun naik hampir 6 basis poin (bps) menjadi 1,855%.
Direktur pasar derivatif ekuitas Citigroup Elizabeth Tian, mengatakan pasar ekuitas bereaksi terhadap pergerakan pasar obligasi. "Ada kekhawatiran akan ada kenaikan suku bunga yang lebih agresif dan lebih cepat oleh The Fed," katanya.
The Federal Reserve AS diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga pada pertemuan 25-26 Januari tetapi semakin banyak investor berpikir pada Maret akan menjadi awal dari siklus pengetatan. Kenaikan suku bunga umumnya dipandang negatif untuk aset berisiko seperti ekuitas.
"Fokus investor tetap pada The Fed dan kecepatan mereka menaikkan suku bunga," John Milroy, penasihat di broker Ord Minnett di Sydney, mengatakan kepada Reuters.
"Kami pikir ini akan lebih cepat dari perkiraan pasar saat ini. Kondisi booming tetap ada di AS dengan pasar tenaga kerja yang ketat. Bagus untuk pertumbuhan dunia tetapi menambah tekanan inflasi."
Di pasar saham Jepang Indeks Nikkei 225 drop 0,27 persen ke 28.257 sementara Indeks Topix juga turun sebesar 0,42 persen ke 1.978.
Adapun Indeks Hang Seng (Hong Kong) melemah 0,43 persen ke 24.112. Saham teknologi yang tergabung dalam Hang Seng Tech Index melemah 0,45 persen
Bursa saham Australia juga ke zona merah. Indeks S&P/ASX200 turun 0,11 persen ke 7.408. Sementara Indeks Kospi di bursa Korsel melemah 0,89 persen ke 2.864. Indeks Kosdaq turun 1,46 persen ke 943.
Pasar saham China bergerak ke zona hijaum melawan arus regional. Indeks Shanghai Composite bertambah 0,8 persen ke 3.569 dan Indeks Shenzhen Component menguat 0,19 persen ke 14.391.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melorot 0,45%.
Indeks dolar AS naik 0,04 persen ke level 95,297.
Kurs Yen melemah di posisi 114,83 terhadap USD dari sebelumnya di 114,43
Nilai tukar dolar Australia melemah 0,12 persen ke level $0,7201 terhadap dolar AS.
Bursa Eropa
Saham Eropa dibuka sedikit lebih rendah pada hari Selasa (18/1) pagi waktu setempat karena investor global masih mengikuti arah kebijakan Federal Reserve AS dan awal periode rilis kinerja pendapatan perusahaan. Indeks FTSE 100 (Inggris) 12 poin lebih rendah ke posisi 7.599. Selanjutnya Indeks DAX Jerman turun 29 poin menjadi 15.905 dan Indeks CAC-40 di bursa Prancis turun 17 poin ke level 7.185.
Minyak
Harga minyak naik signifikan saat sesi sore pada trading hari Selasa (18/1) ke level tertinggi lebih dari tujuh tahun. Lonjakan harga terjadi di tengah kekhawatiran tentang kemungkinan gangguan pasokan setelah kelompok Houthi Yaman menyerang Uni Emirat Arab, meningkatkan permusuhan antara kelompok yang bersekutu dengan Iran dan Koalisi pimpinan Arab Saudi.
Minyak Brent naik 1,6 persen ke harga USD87,85 per barel. Minyak WTI melaju 2 persen ke harga USD85,53 per barel.
(cnbc/idx/bloomberg/reuters)

Sumber : Admin