Bursa Sore: Saham Asia Tertahan Sentimen Default Evergrande Lagi, IHSG Fluktuatif  
Friday, September 24, 2021       15:36 WIB

Ipotnews - IHSG bergerak naik tipis pada finis perdagangan hari Jumat (24/9). Indeks akhirnya ke zona positif setelah naik 2 poin (+0,03 persen) ke posisi 6.144 setelah stagnan di sesi I.
Indeks LQ45 +0,09% ke 866.
Indeks IDX30 +0,12% ke 460.
Indeks IDX80 -0,10% ke 123.
Jakarta Islamic Indeks (JII) -0,04% ke 540.
Indeks Kompas100 -0,08% ke 1.086.
Indeks Sri Kehati +0,10% ke 330.
Indeks SMInfra18 -0,16% ke 295.
Saham Paling Aktif: , , , , , , .
Saham Top Gainers LQ45: , , , , , , .
Saham Top Losers LQ45: , , , , , , .
Nilai transaksi Rp13,92 triliun. Volume perdagangan sebanyak 227,92 juta lot saham. Investor asing net buy Rp1,59 triliun. Rupiah melemah 0,11 persen terhadap USD ke kevel Rp14.257 (03.30 pM).
Bursa Asia
Sebagian besar market saham Asia melemah saat perdagangan sesi sore hari Jumat (24/9). Laju saham Asia terhambat oleh ketidakpastian terus menerus perusahaan properti China, Evergrande sekalipun selera risiko meningkat mendorong pasar saham USA.
Pemodal pasar saham terus mengkhawatirkan potensi default Evergrande yang gagal memenuhi tenggat waktu pembayaran bunga surat utang pada Kamis pekan ini dan telah masuk grace period 30 hari.
Saham Evergrande tumbang 11 persen pada trading hari ini, memperpanjang koreksi setelah Reuters memberitakan bahwa beberapa pemegang obligasi luar negeri tidak menerima pembayaran bunga yang jatuh tempo pada Kamis. Evergrande sempat rally 17,6 persen sehari sebelumnya setelah manajemen perusahaan tersebut sepakat untuk membayar bunga obligasi yuan.
Chief Investment Officer Credit Suisse regional Asia Selatan, Ray Ferris mengatakan investor gelisah tentang prospek sektor properti China dan banyak perubahan peraturan. Tetapi ada sentimen positif di tempat lain.
"Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju berada di atas trend, kemungkinan akan tetap berada di atas tren dan kebijakan moneter tetap mendukung harga aset sepanjang pertengahan tahun depan," katanya.
Bursa berjangka USA berfluktuasi setelah penguatan tertinggi Indeks S&P 500 dalam 2 hari sejak Juli. Penguatan Wall Street dimotori saham yang sensitif terhadap perekonomian seperti energi dan keuangan karena investor berpandangan pengurangan stimulus the Fed menunjukkan kepercayaan pada pemulihan dari pandemi.
Analis dari Loomis Sayles & Co, Elaine Stokes menilai kejelasan kebijakan moneter the Fed memungkinkan aset berisiko berkembang. Elaine menambahkan, apa yang the Fed lakukan adalah memberi tahu pasar bahwa mereka merasa sangat baik tentang ekonomi.
Indeks Nikkei 225 naik 2,06 persen ke 30.248 seiring penguatan saham-saham unggulan. Saham Fast Retailing dan Softbank Group naik masing-masing 1,5 persen dan 2,76 persen. Sementara itu Indeks Topix naik 2,31 persen ke 2.090.
Di pasar saham Korsel, Indeks Kospi turun sebagian ke level 3.125. Adapun Indeks Hang Seng di Hong Kong melemah 1 persen. Pasar saham China terkoreksi. Indeks Shanghai Composite drop 0,8 persen ke 3.613 dan Indeks Shenzhen Component melemah 0,205 persen ke 14.357.
MSCI Asia Pacific Indeks (tidak termasuk market Jepang) melemah 0,44 persen. Market Australia memerah. Indeks S&P/ASX200 drop 0,37 persen ke 7.342.
Indeks dolar AS naik tipis ke level 93,177 dari posisi sebelumnya di posisi 93.
Kurs Yen melorot ke posisi 110,48 terhadap USD dari level sebelumnya di 109,2.
Nilai tukar dolar Australia mendaki naik ke posisi $0,7275 terhadap dolar AS dari sesi sebelumnya di $0,724.
Bursa Eropa
Saham Eropa terhambat ke zona merah saat menit-menit awal pada perdagangan hari Jumat (24/9) pagi waktu setempat. Para investor bereaksi terhadap kebijakan bank sentral dan memantau perkembangan kasus potensi default yang menerpa developer asal China Evergrande Group.
Indeks DAX (Jerman) -0,67% pada posisi 15.539.
Indeks FTSE (Inggris) -0,29% ke level 7.057.
Indeks CAC (Perancis) -0,73% di posisi 6.653.
Minyak
Harga minyak bergerak menguat pada perdagangan sesi sore hari Jumat (24/9) di pasar komoditas Asia karena faktor kekhawatiran pasokan global setelah serangan badai yang kuat di USA. Hal ini juga disertai China untuk pertama kali menjual cadangan minyak milik negara menyebabkan momen penguatan (harga).
Minyak Brent naik 0,28 persen ke posisi harga USD77,47 per barel. Sedangkan minyak WTI naik 0,11 persen ke harga USD73,38 per barel.
(cnbc/idx/bloomberg/reuters)

Sumber : Admin