Covid Belum Reda, Bank Indonesia Diperkirakan akan Tahan Suku Bunga
Thursday, July 22, 2021       11:28 WIB

Ipotnews - Bank Indonesia kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuan untuk lima kali berturut-turut, pada Rapat Dewan Gubernur, Kamis (22/7). Kasus penularan Covid-19 yang masih tinggi menjadi faktor utama.
Sebanyak 29 ekonom yng disurvei Bloomberg, memperkirakan BI akan mempertahankan 7  days reverse repurchase rate  di 3,5%.
Gubernur Perry Warjiyo telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi 2021 pada awal bulan ini karena lonjakan tajam dalam kasus Covid-19 dan kematian yang memicu PPKM Darurat Jawa-Bali, pada awal Juli lalu.
Meskipun melemahnya permintaan dapat menekan inflasi ke level terendah 10 bulan di bulan Juni, Indonesia dinilai hanya memiliki sedikit ruang untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut tanpa melemahkan rupiah.
Nilai tukar rupiah telah jatuh lebih dari 2% sejak rapat kebijakan BI terakhir pada 17 Juni lalu, dipicu oleh kekhawatiran bahwa varian delta yang menyebar cepat dapat menyebabkan semacam wabah besar seperti yang menimpa India dan Brasil. Aksi jual diperparah oleh sinyal bahwa Federal Reserve AS akan segera mulai membahas pengetatan moneter.
"Meningkatnya infeksi Covid-19 dan pengetatan pembatasan sosial baru-baru ini kemungkinan akan memiringkan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga kebijakan tetap rendah. Namun, nada yang lebih  hawkish  dari Komite Pasar Terbuka Federal Federal Reserve AS kemungkinan juga akan mencegah penurunan suku bunga lebih lanjut," tulis ekonom Barclays Bank Plc dalam catatan yang dikutip Bloomberg, Kamis (22/7).
Berikut ini beberapa poin peting yang dinilai akan mempengaruhi keputusan BI
Penanggulangan Covid
Kekhawatiran yang paling mendesak adalah bagaimana rencana pemerintah untuk mengatasi situasi Covid di Indonesia. Presiden Joko Widodo menghidari memberlakukan penguncian penuh selama pandemi, memungkinkan ekonomi untuk menghindari penurunan lebih buruk. Namun, mengingat skala lonjakan saat ini, pemerintah mungkin perlu memprioritaskan strategi penahanan virus yang kuat.
Jokowi telah memperpanjang pembatasan pergerakan yang ketat hingga 26 Juli, tetapi telah mengindikasikan kemungkinan diperlonggar setelah itu jika kasus harian dan tingkat hunian rumah sakit menurun. Nicko Yosafat, ekonom di PT Ciptadana Sekuritas Asia mengatakan, pasar akan bereaksi positif terhadap perpanjangan PPKM , karena pembatasan virus diperkirakan akan tetap ada hingga akhir bulan.
"Kami percaya melonggarkan penguncian pada saat kemungkinan kebangkitan kembali kasus Covid-19 tetap tinggi akan menyebabkan kerusakan ekonomi yang lebih besar, dibanding mempertahankan penguncian saat ini untuk menghilangkan risiko lonjakan kasus," kata Yosafat.
"Lebih baik mengorbankan manfaat ekonomi dalam jangka pendek untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih tinggi dalam jangka panjang," imbuhnya.
Outlook Meredup
Investor menginginkan pandangan Bank Indonesia dalam melihat dampak kebangkitan virus pada perekonomian. BI memperkirakan produk domestik bruto dapat tumbuh 3,8% tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya 4,1%-5,1%, jika pembatasan dipertahankan selama sebulan.
Perekonomian yang digerakkan oleh konsumsi kemungkinan akan terpukul keras karena pembatasan pergerakan mengekang perjalanan dan operasi bisnis, kata Perry pada 12 Juli lalu.
Pemerintah telah menurunkan target pertumbuhannya tahun ini menjadi 3,7%-4,5%, diikuti pemeringkat utang S&P Global Ratings dan pemberi pinjaman lainnya. Para ekonom memperingatkan ganguan virus korona yang berlarut-larut dapat meninggalkan bekas luka jangka panjang pada produktivitas. Indonesia sudah kehilangan status pendapatan menengah atas karena angka kemiskinan dan pengangguran memburuk tahun lalu.
Prospek Pertumbuhan Indonesia Terpangkas Saat Berjuang Melamwan Covid-19
Sebelum gelombang Covid terbaru, kepercayaan konsumen telah meningkat ke level tertinggi selama masa pandemi, pada Juni lalu, meskipun aktivitas manufaktur mengalami sedikit penurunan. Ekspor terbukti tetap tangguh, mencatat pertumbuhan tahunan lebih dari 50% pada bulan Juni. Surplus perdagangan tercatat selama 14 bulan berturut-turut karena permintaan yang kuat untuk komoditas, terutama minyak dan gas.
Dukungan BI
Menurut ekonom ING Groep NV, Nicholas Mapa, meskipun tidak ada yang memperkirakan tentang penurunan suku bunga, investor ingin mengetahui apakah BI dapat berbuat lebih banyak untuk meredam pukulan Covid-19. Bank sentral dapat lebih merinci langkah-langkah makroprudensial atau mempertimbangkan untuk berbuat lebih banyak demi mendukung pinjaman pemerintah, katanya.
Bank Indonesia juga dapat memperluas dukungan pembiayaan untuk usaha mikro, kecil dan menengah, mengingat mereka cenderung menanggung beban akibat pembatasan pergerakan sosial, kata ekonom PT Bank Permata Josua Pardede. "Mendukung UMKM berarti juga mendukung pemulihan ekonomi, mengingat mereka berkontribusi sekitar 60% dari PDB Indonesia," ujarnya.
Pergerakan Rupiah
Bank Indonesia telah memperingatkan meningkatnya tekanan terhadap rupiah dan telah berkomitmen untuk menstabilkannya. Rupiah sempat mengalami penguatan pada kuartal kedua karena penurunan imbal hasil US Treasury, tetapi kemungkinan akan kembali tertekan karena lonjakan. Wacana kebijakan The Fed juga telah memacu arus keluar portofolio, kata Enrico Tanuwidjaja, ekonom di PT Bank UOB Indonesia.
Menurut Enrico, BI mungkin perlu menarik cadangan devisanya atau melakukan intervensi di pasar domestik untuk mengurangi beberapa tekanan jual. Dia memperkirakan rupiah akan turun menjadi 14.700 per dolar AS pada kuartal ini, kemudian melemah menjadi 14.800 per dolar hingga kuartal pertama 2022. (Bloomberg)


Sumber : admin