Digempur Aksi Ambil Untung, Harga Minyak Dunia Melemah
Thursday, October 14, 2021       05:18 WIB

Ipotnews - Harga minyak melemah, Rabu, di tengah kekhawatiran bahwa pertumbuhan permintaan minyak mentah akan melambat, yang menghambat kenaikan baru-baru ini yang telah membawa harga ke level tertinggi multi-tahun di sesi terakhir.
Analis mencatat beberapa pedagang kemungkinan mengambil keuntungan dalam minyak mentah AS setelah West Texas Intermediate (WTI) mencapai tingkat tertinggi sejak Oktober 2014 selama tiga sesi terakhir.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 24 sen, atau 0,3%, menjadi USD83,18 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Rabu (13/10) atau Kamis (14/10) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka WTI, melemah 20 sen, atau 0,3%, menjadi USD80,44 per barel.
Awalnya, harga berada di bawah tekanan ketika China, importir minyak mentah terbesar dunia, merilis data yang menunjukkan impor September merosot 15% dari tahun sebelumnya.
Pasar menunggu data persediaan minyak Amerika yang diperkirakan analis akan menunjukkan peningkatan 0,7 juta barel dalam stok minyak mentah.
Data dari American Petroleum Institute, kelompok industri, dijadwalkan pada pukul 20.30 GMT, Rabu, dan dari Badan Informasi Energi AS sehari berselang. Data tersebut tertunda sehari setelah liburan Hari Columbus, Senin.
Kekurangan pasokan batu bara dan gas alam di China, Eropa dan India mendorong harga bahan bakar yang digunakan untuk pembangkit listrik. Produk minyak digunakan sebagai pengganti.
Komisi Eropa menguraikan langkah-langkah yang dapat digunakan Uni Eropa untuk memerangi lonjakan harga energi, dan mengatakan akan menjajaki pembelian gas bersama.
Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia untuk tahun ini sambil mempertahankan pandangan 2022.
Tetapi OPEC mengatakan lonjakan harga gas alam dapat meningkatkan permintaan produk minyak karena pengguna akhir beralih.
"Laporan bulanan OPEC hari ini tampaknya menawarkan sesuatu, baik bagi investor yang  bullish  maupun  bearish  dengan agensi itu secara tak terduga mengurangi perkiraan permintaan minyak global mereka...untuk tahun ini sambil menyesuaikan proyeksi pertumbuhan pasokan non- OPEC mereka ke bawah," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
Pasar global seharusnya tidak memperkirakan lebih banyak minyak dari Iran dalam waktu dekat. Amerika Serikat mengatakan siap untuk mempertimbangkan "semua opsi" jika Iran tidak mau kembali ke kesepakatan nuklir 2015.
Di Rusia, Presiden Vladimir Putin mengatakan harga minyak bisa mencapai USD100 per barel dan mencatat Moskow siap menyediakan lebih banyak gas alam ke Eropa jika diminta.
Pasar energi terfokus pada bagaimana krisis pasokan akan mempengaruhi permintaan minyak, terutama di ekonomi terbesar kedua dunia, China.
"Ini adalah masa-masa sulit bagi China. Krisis energi yang parah mencengkeram negara itu," kata Stephen Brennock, analis PVM.
Di India, yang mengalami kekurangan listrik terburuk sejak 2016 karena kekurangan pasokan batu bara, konsumsi bahan bakar merangkak lebih tinggi pada September karena aktivitas ekonomi meningkat. India adalah importir minyak terbesar ketiga di dunia.
Di Amerika Serikat, pemerintah memproyeksikan konsumen akan menghabiskan lebih banyak anggaran untuk memanaskan rumah mereka pada musim dingin ini daripada tahun lalu, sebagian besar karena melonjaknya harga energi.
Gedung Putih berdiskusi produsen minyak dan gas Amerika tentang membantu menurunkan kenaikan biaya bahan bakar.
Rabu, bensin dan solar berjangka AS ditutup pada level tertinggi sejak Oktober 2014. (ef)

Sumber : Admin