Dolar Tertekan di Awal Perdagangan 2018, Mata Uang Asia Bersinar
Tuesday, January 02, 2018       13:37 WIB

Ipotnews - Dolar AS mendekati level terendah tiga bulan terhadap sekeranjang mata uang utama, Selasa, setelah pasar dibuka kembali pada awal 2018, sementara mata uang Asia, seperti yuan, langsung melesat.
Indeks Dolar AS--yang mengukur  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama, berada di 92,162, demikian laporan  Reuters , di Singapura, Selasa (2/1). Pada penutupan Jumat, indeks tersebut merosot ke posisi 92,080, level terlemah sejak 22 September.
Untuk keseluruhan 2017, Indeks Dolar AS anjlok lebih dari 9,8 persen, kinerja tahunan terburuk  greenback  sejak 2003.
Dolar jatuh pada 2017, sebagian karena pertumbuhan ekonomi di luar Amerika Serikat, dengan bank sentral negara-negara lain bergerak menuju kebijakan moneter yang lebih ketat, mengurangi perbedaan antara Federal Reserve dan lainnya.
Euro naik tipis 0,1 persen menjadi 1,2018, setelah melonjak 14 persen pada 2017 untuk kinerja tahunan terbaik sejak 2003.
Euro melonjak 1,1 persen pada pekan terakhir 2017, membawanya kembali mendekati level tertinggi dua setengah tahun di posisi USD1,2092 yang dicapai September lalu.
Selain faktor politik seperti pemilu di Italia, Maret, faktor utama bagi euro pada tahun ini adalah bagaimana Bank Sentral Eropa melanjutkan pembatasan stimulus moneternya yang begitu besar.
Dengan dolar AS terdepresiasi, mata uang  emerging  Asia berjaya. Yuan China naik setinggi 6,4922 yuan per dolar, level tertingginya sejak 8 September.
"Menyoroti pergerakan hari ini adalah euro diperdagangkan di atas USD1,20 dan yuan China turun di bawah 6,5," kata Satoshi Okagawa, analis pasar global di Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Singapura.
"Ada penguatan lintas negara dalam mata uang Asia di belakang pergerakan tersebut," tutur Okagawa, sambil menambahkan bahwa penurunan imbal hasil US Treasury pada akhir 2017 turut membantu membebani dolar AS.
Pelemahan  greenback  membantu meningkatkan dolar Singapura, yang naik menjadi 1,3322 per dolar AS pada satu titik, level terkuat sejak Juni 2016. (ef)

Sumber : Admin