Dolar Melempem, Minyak Dunia Berbalik ke Jalur Positif
Friday, January 14, 2022       15:24 WIB

Ipotnews - Minyak berjangka membalikkan kerugian, Jumat, karena pelemahan dolar, meski rencana pelepasan cadangan minyak mentah dari importir utama China membatasi kenaikan harga.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 32 sen, atau 0,4%, menjadi USD84,79 per barel pada pukul 14.30 WIB, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Jumat (14/1).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, meningkat 11 sen, atau 0,1%, menjadi USD82,23 per barel.
Harga minyak mentah berbalik positif karena dolar menuju penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari setahun. Dolar yang lebih lemah membuat komoditas lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.
Namun, kenaikannya terbatas setelah  Reuters  melaporkan bahwa China berencana melepaskan cadangan minyak sekitar liburan Tahun Baru Imlek sebagai bagian dari rencana yang dikoordinasikan oleh Amerika Serikat dengan konsumen utama lainnya untuk menurunkan harga global.
Narasumber tersebut mengatakan China setuju pada akhir 2021 untuk melepaskan jumlah minyak yang tidak ditentukan tergantung pada tingkat harga.
"China setuju untuk melepaskan jumlah yang relatif lebih besar jika minyak di atas USD85 per barel, dan volume yang lebih kecil jika minyak tetap di dekat level USD75," kata narasumber itu, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Departemen Energi Amerika, Kamis, mengatakan telah menjual 18 juta barel cadangan minyak mentah strategis kepada enam perusahaan, termasuk Exxon Mobil dan satu unit pengilangan Valero Energy Corp.
China juga mencatat 2021 sebagai penurunan tahunan pertama dalam pengiriman minyak mentah dalam dua dekade, ketika Beijing menekan sektor penyulingan dan menarik persediaan besar-besaran, meski trader memperkirakan impor bakal pulih tahun ini.
Ada juga kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu, karena varian Omicron virus korona yang sangat menular menyebar ke kota timur laut Dalian. China menangguhkan beberapa penerbangan internasional dan meningkatkan upaya untuk mengendalikan wabah virus di Tianjin.
Banyak kota, termasuk Beijing, juga meminta warganya untuk tidak bepergian selama liburan Tahun Baru Imlek, yang dapat menurunkan permintaan bahan bakar transportasi selama musim puncak perjalanan.
"Kami memperkirakan impor minyak akan tetap lemah setelah China memerintahkan pengilangan swasta untuk memangkas tingkat operasi," kata analis ANZ.
Namun demikian, harga Brent dan WTI akan naik untuk minggu keempat berturut-turut, didukung pasokan dan kekhawatiran geopolitik di Libya dan Kazakhstan, serta penyusutan persediaan minyak mentah Amerika ke posisi terendah 2018.
Beberapa investor juga optimistis dampak Omicron terhadap ekonomi global dan permintaan minyak akan berumur pendek.
Beberapa bank memperkirakan harga minyak akan mencapai USD100 per barel tahun ini karena permintaan diprediksi melebihi pasokan.
"Prospek jangka pendek masih memiliki banyak risiko, tetapi optimisme tetap tinggi, bahwa itu akan berumur pendek," kata analis OANDA, Edward Moya.
Namun, dengan harga minyak di atas USD80, ada tekanan politik yang meningkat bagi Gedung Putih untuk melobi OPEC Plus guna memenuhi kuota produksi mereka, papar dia.
"Presiden Joe Biden mungkin akan menggunakan pelepasan SPR (cadangan minyak strategis) lagi dan kendati itu tidak akan menyelesaikan masalah apa pun, ini bisa mengirim minyak mentah WTI turun ke level USD80," ujar Moya. (ef)

Sumber : Admin