Dolar Teruskan Apresiasi, Yuan Terpukul Ketegangan di Hong Kong
Wednesday, May 27, 2020       13:31 WIB

Ipotnews - Dolar bergerak positif, Rabu, karena kekhawatiran tentang respons Amerika terhadap undang-undang keamanan yang diusulkan China dan aksi demonstrasi di Hong Kong mendukung permintaan  safe-haven  untuk  greenback .
Yuan merosot ke level terendah dalam hampir sembilan bulan di tengah kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan di Hong Kong dan kenaikan musiman permintaan perusahaan China untuk dolar AS, demikian laporan  Reuters,  di Tokyo, Rabu (27/5).
Euro sedikit melemah menjelang rincian dana penyelamatan keuangan bagi blok tersebut yang akan dirilis Komisi Eropa, Rabu.
Pasar keuangan terjebak dalam tarik menarik antara optimisme dan pesimisme tentang prospek global.
Beberapa investor berspekulasi pada dimulainya kembali aktivitas bisnis setelah pandemi virus korona yang memukul perekonomian global. Namun, investor lainnya mengkhawatirkan ancaman sanksi Amerika Serikat terhadap China atas perlakuannya pada Hong Kong dapat dengan mudah memperburuk sentimen risiko lagi.
"Kita berada dalam tren  risk-on  yang luas, tetapi satu-satunya hal yang dapat mengubah ini adalah hubungan AS-China," kata Junichi Ishikawa, analis IG Securities di Tokyo.
"Lebih banyak masalah antara kedua negara itu akan memperlambat penurunan dolar baru-baru ini dan berpotensi menyebabkan aksi beli dolar sebagai  safe-haven ."
Dolar menguat ke posisi USD1,2320 terhadap poundsterling, Rabu, bangkit dari level terendah dalam dua pekan. Dolar naik menjadi USD1,0958 per euro, juga menjauh dari level terendah satu minggu. Dolar dibeli 0,9669 franc Swiss, menyusul pelemahan 0,6% di sesi sebelumnya.
Dolar Australia jatuh ke posisi USD0,6642, sementara dolar Selandia Baru turun menjadi USD0,6195 karena kekhawatiran tentang ketegangan AS-China membebani permintaan aset berisiko.
Dolar tetap terkunci dalam kisaran sempit 107,53 yen, tetapi yen menguat terhadap euro dan mata uang  antipodean  di tengah peningkatan permintaan  safe-haven .
Banyak tempat yang paling terpukul oleh pandemi virus korona saat ini memungkinkan lebih banyak bisnis untuk melanjutkan operasi secara normal, yang menyebabkan investor melepas spekulasi  safe-haven  dan mendorong depresiasi dolar, Selasa.
Namun, pergerakan tersebut memudar pada sesi Rabu ketika saham Asia dan imbal hasil US Treasury merosot, menunjukkan penghindaran risiko tetap ada.
Presiden Donald Trump, Selasa, mengatakan Amerika Serikat akan mengumumkan sebelum akhir pekan ini mengenai tanggapannya terhadap rancangan undang-undang keamanan China yang direncanakan bagi Hong Kong.
Pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan sanksi terhadap para pejabat China,  Bloomberg News  melaporkan.
Di pasar  onshore , yuan turun menjadi 7,1595 per dolar, level terendah sejak September 2019. Perusahaan-perusahaan China yang melantai di bursa Hong Kong membeli dolar untuk melakukan pembayaran dividen kepada investor luar negeri, yang memperburuk kejatuhan yuan.
"Kita mendekati akhir tahun, musim pembayaran dividen tradisional. Biasanya konversi seperti itu bakal dilakukan," kata pedagang di sebuah bank China di Shanghai.
"Ekspektasi depresiasi yuan naik lagi. Beberapa perusahaan takut yuan akan jatuh lebih jauh, sehingga mereka mulai memburu dolar sekarang."
Beijing memperluas ruang lingkup rancangan undang-undang keamanan nasional untuk memasukkan organisasi serta individu, menurut laporan media, Rabu.
Amerika Serikat dan China berulang kali berselisih soal kebijakan perdagangan, teknologi canggih, dan tanggapan China terhadap virus korona, yang berasal dari Provinsi Hubei akhir tahun lalu.
Perselisihan lain antara dua negara adidaya itu dapat mendorong kembalinya  risk-off trades  yang menguntungkan dolar, pelemahan ekuitas, dan kenaikan harga obligasi.
Komisi Eropa akan mengajukan proposal sendiri bagi dana pemulihan ekonomi, Rabu, yang bisa menentukan pergerakan euro.
Prancis dan Jerman mengusulkan dana pemulihan virus korona senilai 500 miliar euro yang akan menjadi hibah, tetapi Austria, Swedia, Denmark, dan Belanda menentang rencana ini, dan sebaliknya menyerukan pendekatan berbasis pinjaman. (ef)

Sumber : Admin