Ipotnews - Harga emas bertahan di atas level psikologis kunci USD1.800, Rabu, karena dolar dan imbal hasil obligasi berada di bawah tekanan setelah kenaikan inflasi Amerika yang lebih rendah dari perkiraan menyebabkan ketidakpastian kapan Federal Reserve akan mulai mengurangi pembelian asetnya.
Harga emas di pasar spot stabil di USD1.802,86 per ounce pada pukul 08.20 WIB, setelah menyentuh tingkat tertinggi satu pekan di USD1.808,50 pada sesi sebelumnya, demikian laporan  Reuters,  di Bengaluru, Rabu (15/9).
Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat turun 0,2% menjadi USD1.803,80 per ounce.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika naik hanya 0,1% bulan lalu, dibandingkan ekspektasi peningkatan 0,3%. Itu adalah kenaikan terkecil dalam enam bulan yang menunjukkan inflasi mungkin telah mencapai puncaknya, meski bisa tetap tinggi untuk sementara waktu di tengah kendala pasokan yang terus bertahan.
Data itu memberikan bayangan ketidakpastian atas garis waktu  tapering  Federal Reserve. The Fed akan menggelar pertemuan kebijakan moneter dua hari pekan depan.
Data IHK membebani Indeks Dolar (Indeks DXY), sementara imbal hasil US Treasury 10-tahun mencapai angka terendah sejak 24 Agustus.
Imbal hasil yang lebih rendah mengurangi  opportunity cost  memegang emas yang tidak memberikan bunga.
Kepercayaan produsen Jepang memburuk ke level terendah lima bulan pada September karena dampak dari gelombang terbaru Covid-19 memberikan tekanan pada ekonomi terbesar ketiga di dunia itu, menurut jajak pendapat  Reuters Tankan .
Perak turun 0,1% menjadi USD23,81 per ounce.
Platinum mencapai level terendah lebih dari sembilan bulan di posisi USD930,85 per ounce dan terakhir menyusut 0,4% menjadi USD935,60.
Paladium mendatar di USD1.979,16 per ounce. Harga menyentuh level terendah sejak Juli 2020 di USD1.935 per ounce pada sesi sebelumnya. (ef)

Sumber : Admin