Ipotnews - Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) TbK (

BMRI

), Anton Gunawan, menyatakan industri perbankan sebenarnya memiliki ruang yang cukup lebar untuk menurunkan suku bunga kredit.
Pasalnya Bank Indonesia (BI) terus merevisi BI-7 Days Reverse Repo Rate-nya (BI-7 DRRR ). Tercatat BI menetapkan suku bunga acuan berubah menjadi 5 persen atau empat kali penurunan secara terus menerus hingga Oktober 2019 lalu.
Meski ada ruang untuk menurunkan suku bunga kredit, Anton menyatakan bahwa setiap perbankan memiliki tingkat respon yang berbeda terhadap penurunan BI-7 DRRR tersebut. Dia mengakui bahwa dibandingkan dengan perbankan luar negeri, tingkat suku bunga kredit perbankan nasional memang tergolong masih tinggi.
"Ada bank yang cukup banyak likuiditasnya mereka bisa mudah menurunkan suku bunga dananya. Special rate deposit berangsur - angsur bisa ditekan ketika suku bunga acuan turun, juga ketika naik belum tentu mereka menaikkan cukup cepat sebab semua tergantung dari likuiditasnya," kata Anton usai menghadiri workshop penguatan wawasan statistik yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) di Jakarta, Kamis (7/11).
Anton menambahkan bahwa tidak selalu penurunan atau kenaikan BI-7 DRRR langsung direspon perbankan dan kemudian mengkoreksi tingkat suku bunga kreditnya. Sebab ada hal yang harus diperhatikan juga oleh semua pihak terutama nasabah bahwa perbankan juga dituntut untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Oleh sebab itu respon dari keputusan BI-7 DRRR selalu ditanggapi variatif.
Untuk itu demi mendorong perbankan mampu menurunkan suku bunga kreditnya, diharapkan ada optimalisasi dari bankir agar bisa melakukan efisiensi. Diharapkan melalui efisiensi maka cost of fundnya bisa turun yang ujungnya bisa berpengaruh pada tingkat suku bunga kreditnya.
"Jadi memang mereka (perbankan) harus memperhitungkan sustainability dan bagaimana mereka melakukan efisiensi," pungkas Anton.
(Marjudin)

Sumber : admin