Empat Faktor Positif Ini Dorong Rupiah Berbalik Menguat Tipis
Tuesday, October 26, 2021       15:45 WIB

Ipotnews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berakhir menguat tipis pada sore ini. Setidaknya ada empat faktor yang membuat mata uang Garuda menguat tipis setelah sempat melemah tadi pagi.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (26/10) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.152 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan penguatan 5 poin atau 0,04% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Senin sore kemarin (25/10) di level Rp14.157 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menilai, rupiah menguat tipis setelah muncul sentimen positif Pemerintah China mungkin lebih fokus mendorong sektor-sektor yang menopang pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu. "Sebelumnya pasar khawatir kekurangan listrik dapat menyebabkan penghentian produksi dan kekurangan produk di rantai pasokan, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi China," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa sore.
Kantor Berita Xinhua melaporkan garis besar strategi Pemerintah China untuk menghadapi 10 tantangan paling mendesak bagi perekonomian negara tersebut. Laporan tersebut memberikan petunjuk tentang arah kebijakan yang dapat diambil oleh para pemimpin negara itu dalam serangkaian pertemuan selama beberapa minggu ke depan, termasuk sesi pleno ke-19 Komite Sentral bulan depan dan Konferensi Kerja Ekonomi Pusat.
Menurut Xinhua, prioritas baru kemungkinan akan meningkatkan konsumsi swasta dan investasi, setelah pertumbuhan melambat menjadi 4,9% selama Q3 2021. "Konsumsi dan investasi adalah dua mesin untuk mendorong permintaan domestik yang lebih besar," ujar Ibrahim.
Faktor kedua, investor menunggu keputusan kebijakan dari pertemuan Bank of Japan dan Bank Sentral Eropa (ECB) pada hari Kamis (28/10). Kedua bank sentral tersebut dijadwalkan rapat kebijakan moneter pada hari Kamis. "Tak satu pun dari kedua bank sentral tersebut kemungkinan akan mengumumkan perubahan kebijakan, meskipun ECB mungkin membahas bagaimana tekanan inflasi dapat mempengaruhi kebijakan," jelas Ibrahim.
Faktor ketiga, dari dalam negeri, pelaku pasar merespon positif realisasi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ) pada September 2021 sebesar Rp452 triliun atau setara 2,74% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini menjadi sentimen positif yang ikut membuat kurs rupiah menguat tipis
"Defisit tersebut dibandingkan September 2020 mengalami penurunan sebesar 33,7% yaitu sebesar Rp681,4 triliun," tutup Ibrahim.
Faktor keempat, pemerintah memproyeksi target pertumbuhan ekonomi Q3 2021 mencapai 4,3%. Proyeksi ini membaik dari -3,5% pada Q3 2020. Optimisme membaiknya pertumbuhan ekonomi Kuartal Ketiga ditopang oleh sejumlah indikator yang membaik setelah dihantam varian Delta Covid-19.
"Namun, pemerintah meminta seluruh pihak untuk mewaspadai risiko dari dinamika global yang terjadi utamanya di China, Amerika Serikat (AS) dan Eropa, karena rebalancing dari berbagai kegiatan ekonomi seperti di Tiongkok, Amerika Serikat dan Eropa akan mempengaruhi outlook di Kuartal Keempat 2021 dan di tahun depan," tutup Ibrahim.
(Adhitya)

Sumber : Admin