Era Suku Bunga Tinggi Membuat Harga Saham BBTN Berada Dalam Tekanan
Monday, April 29, 2024       15:04 WIB

Ipotnews - Tingginya era suku bunga akibat dampak dari kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve maupun Bank Indonesia, membuat kinerja harga saham PT Bank Tabungan Negara Tbk () berada dalam tekanan akhir - akhir ini.
Mengutip data aplikasi IPOT sejak akhir tahun lalu hingga hari Senin (29/4) pukul 14.44 WIB, harga saham memang masih menguat dari 1.250 menjadi 1.275, naik 25 poin atau 2% secara year to date (YtD).
Namun dalam seminggu terakhir, harga saham melemah dari 1.375 menjadi 1.275, turun 100 poin atau 7,3%. Dalam sebulan terakhir, harga saham bank pelat merah tersebut turun dari 1.555 menjadi 1.275, turun 280 poin atau 18,0%.
Terakhir, harga saham dalam tiga bulan terakhir juga merosot dari 1.285 menjadi 1.275, turun 10 poin atau 0,8%.
Praktisi pasar modal dan Dosen Magister Ekonomi Atma Jaya dan Trisakti, Hans Kwee mengatakan pelemahan harga saham bukan karena kinerja fundamental emiten perbankan BUMN tersebut yang buruk. "Ini karena sentimen negatif yang menerpa industri properti akibat era suku bunga yang tinggi," kata Hans saat dihubungi Ipotnews, hari ini.
Dalam situasi ekonomi di mana sedang terjadi era suku bunga yang tinggi, banyak orang akan menunda keputusan untuk membeli properti. " sebagai bank yang banyak memberikan kredit pemilikan rumah (KPR), diprediksi akan ikut terdampak," ujar Hans.
Sebelumnya pada Kamis (25/4), melaporkan laba bersih senilai Rp860 miliar per kuartal I 2024, naik 7,4% secara tahunan (yoy).
Hal ini didukung oleh pendapatan bunga naik 14,9% yoy menjadi Rp7,67 triliiun. Pada periode yang sama beban bunga senilai Rp4,44 triliun, naik lebih tinggi atau 25% yoy.
Kendati beban bunga melambung, pendapatan bunga bersih atau ne interest margin (NIM) masih dapat tumbuh 3,4% yoy menjadi Rp3,23 triliun.
Sementara itu, bank melaporkan tingkat pengembalian modal atau return on equity (ROE) turun 41 basis poin (bps) menjadi 12,7%. Kemudian tingkat pengembalian aset atau return on asset (ROA) naik 1 bps menjadi 1%.
juga mencatat margin bunga atau net interest margin (NIM) turun 25 bps menjadi 3,3%.
Adapun sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, membukukan penyaluran kredit Rp344,24 triliun, naik 14,8% yoy. Hal ini mendorong aset tumbuh 11,9% menjadi Rp357,74 triliun.
Pertumbuhan kredit sepanjang kuartal I 2024 diikuti dengan perbaikan kualitas aset. Rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) gross turun 52 bps menjadi 3%.
Begitu pula dengan kredit dalam risiko atau loan at risk (LAR) yang dapat ditekan ke level 21,6% atau turun 263 bps. Akan tetapi, BTN masih berkutat dengan likuiditas, di mana rasio simpanan terhadap kredit (LDR) naik 244 bps menjadi 96,2%.
Dana pihak ketiga (DPK) bank tercatat sebesar Rp357,74 triliun, tumbuh 11,9% yoy. Angka ini ditopang oleh deposito yang melesat 17,2% yoy menjadi Rp179,13 triliun.
Pada periode yang sama dana murah atau current account savings account () naik 7,1% yoy menjadi Rp178,61 triliun. Bila dirinci, giro naik 6,6% yoy menjadi Rp135,76 triliun dan tabungan tumbuh 8,7% yoy menjadi Rp42,84 triliun.(Adhitya)

Sumber : admin