Fed Minutes Jadi Sentimen Negatif, Rupiah Ditutup Surut 40 Poin
Thursday, April 08, 2021       16:16 WIB

Ipotnews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali ditutup melemah pada sore ini, Kamis (8/4). Risalah The Federal Reserve (Fed Minutes) yang menyebut pemulihan ekonomi AS masih jauh dari target menjadi sentimen negatif.
Mengutip data Bloomberg, Kamis (8/4) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup pada level Rp14.535 per dolar AS, melemah 40 poin atau 0,28% dibandingkan posisi di penutupan pasar spot pada Rabu kemarin (7/4) di level Rp14.495 per dolar AS.
Direktur PT Solid Gold Berjangka, Dikki Soetopo, mengatakan kurs rupiah hari ini melemah disebabkan oleh sentimen eksternal. Rabu malam WIB, The Fed merilis notula rapat bulanan edisi Maret 2021. Rapat tersebut berlangsung pada 16-17 Maret 2021 dengan keputusan mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25%.
"Dalam notula rapat, tergambar suasana kebatinan Ketua Powell dan kolega. Seluruh peserta rapat sepakat bahwa ekonomi AS memang semakin membaik, tetapi masih jauh dari target The Fed yaitu dengan inflasi 2% secara berkelanjutan dan penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment)," kata Dikki saat dihubungi Ipotnews.
Selain itu, pelaku pasar harus mewaspadai adanya kenaikan dolar AS. Reuters mengadakan polling terhadap ahli strategi valuta asing (valas), dari 56 yang disurvei sebanyak 48 orang atau 85% memperkirakan dolar AS masih akan kuat setidaknya 1 bulan lagi.
Dari 48 orang tersebut, sebanyak 11 orang memprediksi penguatan dolar AS akan berlangsung dalam 3 hingga 6 bulan ke depan, sementara 16 orang mengatakan akan berlangsung lebih dari 6 bulan lagi.
Rupiah memang layak waspada, sebab survei tersebut juga menunjukkan sebanyak 58% ahli strategi valas memprediksi mata uang emerging market akan tertekan melawan dolar AS dalam tiga bulan ke depan.
"Kenaikan dolar AS bisa dibilang mengkhawatirkan karena bisa memicu terjadinya outflow. Apalagi Indonesia termasuk negara yang rentan aliran keluar modal asing," ujar Dikki.
Sementara dari dalam negeri, sentimen juga datang dari rilis data ekonomi berupa penjualan ritel. Trading Economics memperkirakan penjualan ritel bulan Februari masih akan tertekan tetapi akan lebih baik dari bulan Januari yang minus 16%.(Adhitya)

Sumber : admin