Harga Bahan Pangan Dunia Turun untuk Bulan Keempat, Tapi masih Tinggi
Friday, August 05, 2022       15:46 WIB

Ipotnews - Harga bahan pangan global turun untuk bulan keempat setelah mencapai rekor tertinggi akibat perang di Ukraina. Kekhawatiran atas pasokan biji-bijian dan minyak sayur mereda, namun harga di tingkat ritel tetap tinggi.
Indeks PBB untuk harga pangan dunia anjlok lebih dari 8,6% pada bulan Juli, ke level terendah sejak Januari lalu sebelum blokade Rusia terhadap pelabuhan Ukraina - pengekspor bahan pangan utama dunia - yang mendorong kenaikan harga pangan.
Kendati menurun, namun harga pangan di tingkat ritel tetap tinggi, dan masyarakatberpenghasilan rendah semakin terjepit saat krisis biaya hidup semakin dalam.
Harga gandum dan jagung turun bulan lalu setelah Moskow dan Kyiv mencapai kesepakatan untuk membuka kembali pelabuhan Ukraina dan mengizinkan kapal pertama berlayar dari Odesa. Tetapi dua minggu setelah kesepakatan, sejumlah masalah masih menghambat sebelum ekspor dapat ditingkatkan.
Menteri Infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov, Jumat ini, mengatakan tiga kapal gandum lagi diperkirakan akan meninggalkan pelabuhan negara itu.
"Peningkatan ketersediaan musiman di Argentina dan Brasil, di mana panen jagung meningkat lebih cepat dari tahun lalu, juga membantu mengurangi tekanan pada harga," tulis FAO dalam pernyataannya yang dikutip Bloomberg, Jumat (5/8).
Indeks PBB yang melacak harga ekspor untuk bahan pangan mentah, mengecualikan kenaikan di pasar ritel. Oleh karena itu, meskipun indeks tersebut merupakan merupakan sinyal yang menggembirakan bagi konsumen, namun mereka masih menghadapi harga tinggi.
Di negara-negara miskin, puluhan juta orang menghadapi kelaparan, dengan wilayah Sahel Afrika mengalami krisis ketahanan pangan terburuk dalam satu dekade.
Raksasa makanan Nestle SA menaikkan harga jualnya ke konsumen selama kuartal kedua tahun ini karena biaya yang meningkat. Kelompok supermarket Ocado mengatakan bahwa konsumen beralih ke produk yang lebih murah untuk menghemat uang.
Harga pangan telah naik selama pandemi karena gangguan logistik menyebabkan masalah pasokan, dan permintaan meningkat melebihi pasokan saat ekonomi beranjak pulih dari pandemi Covid. Dan sekarang ketika panen mulai berlangsung di belahan bumi utara, kekhawatiran resesi membebani komoditas. (Bloomberg)

Sumber : Admin